Prinsip-prinsip
Metode Penyuluhan Pertanian
Prinsip merupakan suatu pernyataan mengenai
kebijaksanaan yang dijadikan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan
dilaksanakan secara konsisten. Dalam
kegiatan penyuluhan, prinsip menurut Leagans (1961) menilai bahwa
setiap penyuluh dalam
melaksanakan kegiatannya harus berpegang teguh
pada prinsip-prinsip yang
sudah disepakati agar
dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.
Mardikanto (1999) menyatakan bahwa merujuk pada
pemahaman penyuluhan pertanian sebagai proses pembelajaran, maka
prinsip-prinsip dalam penyuluhan pertanian sebagai berikut:
1.
Mengerjakan; artinya
kegiatan penyuluhan harus
sebanyak mungkin melibatkan
masyarakat untuk menerapkan sesuatu.
2.
Akibat; artinya
kegiatan pertanian harus memberikan dampak yang memberi pengaruh baik.
3.
Asosiasi;
artinya kegiatan penyuluhan harus saling terkait dengan kegiatan lainnya.
Misalnya apabila seorang petani berjalan di sawahnya kemudian melihat tanaman
padinya terserang hama, maka ia akan berupaya untuk melakukan tindakan
pengendalian.
Lebih
lanjut Dahama dan
Bhatnagar dalam
Mardikanto (1999) mengemukakan
bahwa yang mencakup prinsip-prinsip penyuluhan pertanian:
1.
Minat dan
kebutuhan; artinya penyuluhan akan efektif jika selalu mengacu kepada minat dan
kebutuhan masyarakat, utamanya masyarakat tani.
2.
Organisasi
masyarakat bawah; artinya penyuluhan akan efektif jika mampu melibatkan
organisasi masyarakat bawah dari setiap keluarga petani.
3.
Keraguan budaya;
artinya penyuluhan harus
memperhatikan adanya keragaman
budaya.
4.
Perubahan budaya;
artinya setiap penyuluhan
akan mengakibatkan perubahan
budaya.
5.
Kerjasama dan
partisipasi; artinya penyuluhan
hanya akan efektif
jika menggerakkan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam
melaksanakan program-program penyuluhan yang telah dicanangkan.
6.
Demokrasi dalam
penerapan ilmu; artinya dalam penyuluhan harus selalu memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk menawar setiap alternatif.
7.
Belajar sambil
bekerja; artinya dalam kegiatan penyuluhan pertanian harus diupayakan agar
masyarakat dapat belajar sambil berbuat, atau belajar dari pengalaman tentang
segala sesuatu yang ia kerjakan.
8.
Penggunaan metode
yang sesuai; artinya
penyuluhan harus dilakukan dengan penerapan
metode yang selalu
disesuaikan dengan kondisi lingkungan fisik, kemampuan ekonomi,
dan nilai sosial budaya.
9.
Kepemimpinan; artinya
penyuluh tidak melakukan
kegiatan yang hanya bertujuan untuk kepuasan sendiri,
tetapi harus mampu mengembangkan kepemimpinan.
10. Spesialis yang terlatih; artinya penyuluh harus
benar-benar orang yang telah mengikuti latihan khusus tentang segala sesuatu
yang sesuai dengan fungsinya sebagai penyuluh.
11. Segenap keluarga; artinya penyuluh harus
memperhatikan keluarga sebagai satu kesatuan dari unit sosial.
Selanjutnya,
Mardikanto (2006) mengemukakan
bahwa prinsip-prinsip dalam
metode penyuluhan pertanian, meliputi:
1.
Upaya
Pengembangan untuk berpikir kreatif:
Prinsip ini dimaksudkan bahwa melalui penyuluhan
pertanian harus mampu menghasilkan petani-petani yang mandiri, mampu mengatasi permasalahan
yang dihadapi dan
mampu mengembangkan kreativitasnya untuk memanfaatkan setiap potensi dan peluang
yang diketahui untuk memperbaiki mutu hidupnya.
2.
Tempat yang
paling baik adalah di tempat kegiatan sasaran:
Prinsip ini
akan mendorong petani belajar pada situasi nyata sesuai permasalahan yang
dihadapi.
3.
Setiap individu
terkait dengan lingkungan sosialnya:
Prinsip ini mengingatkan kepada penyuluh bahwa
keputusan-keputusan yang diambil petani dilakukan berdasarkan lingkungan sosialnya.
4.
Ciptakan
hubungan yang akrab dengan sasaran:
Keakraban hubungan antara penyuluh dan sasaran
memungkinkan terciptanya keterbukaan sasaran dalam mengemukakan masalahnya.
5.
Memberikan
sesuatu untuk terjadinya perubahan.
Metoda yang diterapkan harus mampu merangsang
sasaran untuk selalu siap (dalam arti sikap dan pikiran) dan dengan sukahati
melakukan perubahan-perubahan demi perbaikan mutu hidupnya sendiri, keluarganya
dan masyarakatnya.
Terjadinya perubahan ”context dan content”
pembangunan pertanian dalam era reformasi,
mengakibatkan terjadi pula
perubahan sasaran dalam
penyuluhan pertanian. Perubahan
tersebut memberi pengaruh yang sangat besar karena saat ini tidak hanya petani
dijadikan sebagai sasaran utama (objek) kegiatan penyuluhan tapi melibatkan
pula stakeholder yaitu pelaku
agrobisnis. Jadi, penyuluhan pertanian merupakan suatu upaya
atau proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan
petani. Secara khusus, penerapan
penyuluhan pertanian dalam era disentralisasi (lokalita) sebagaimana yang
diamanatkan oleh UU Nomor 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan UU Nomor 32
Tahun 2004, Pusat Pengembangan Penyuluhan (Pusbangluh) Pertanian mengeluarkan
kebijakan tentang pelaksanaan penyuluhan pertanian spesifik
lokalita yang bersifat
partisipatif yaitu, pendidikan nonformal bagi petani dan masyarakat
melalui upaya pemberdayaan dan kemampuan memecahkan masalah sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi wilayah masing-masing dengan prinsip kesetaraan dan
kemitraan, keterbukaan, kesetaraan kewenangan, dan tanggung jawab serta kerja
sama, yang ditujukan agar mereka berkembang menjadi dinamis dan berkemampuan
untuk memperbaiki kehidupan dan penghidupannya dengan kekuatan sendiri
Penggolongan Metode Penyuluhan Pertanian
Metode penyuluhan menurut keadaan psikososial
sasarannya juga dibedakan menjadi 3 hal, yaitu :
1.
Penggolongan
berdasarkan psikososial
2.
Penggolongan
berdasarkan teknik komunikasi
3.
Penggolongan
berdasarkan jumlah sasaran.
4.
Penggolongan
berdasarkan indera penerima.
1.
Penggolongan
berdasarkan psikososial
a.
Pendekatan
massa.
Jika penyuluh berkomunikasi secara tak langsung atau
langsung dengan sejumlah sasaran yang sangat banyak bahkan mungkin tersebar
tempat tinggalnya.Dengan metode ini penyuluh pertanian tertuju kapada para
petani umumnya di kampung-kampung dan di pedesaan-pedesaan, agar mereka dapat
mendengarkan penyuluhan pertanian. Dipandang dari segi penyampaian informasi
memang metode ini baik, akan tetapi dipandang dari keberhasilan adalah kurang
efektif karena pada dasarnya hanya dapat menimbulkan tahap kesadaran dan tahap
minat pada para petani pendengar penyuluhan, itupun kalau pendekatannya dapat
dilakukan dengan baik, dapat menarik perhatian para petani kepada suatu hal
yang lebih menguntungkan.
b.
Pendekatan kelompok
Manakala penyuluh berkomunikasi dengan sekelompok
sasaran pada waktu yang sama, seperti pada pertemuan di lapangan,
penyelenggaraan latihan. Pendekatan dilakukan terhadap kelompok petani, di mana
para petani ini diajak dan dibimbing serta diarahkan secara berkelompok untuk
melaksanakan sesuatu kagiatan yang tentunya lebih produktif atas dasar kerja
sama, dengan demikian dalam pelaksanaannya dapat secara berdiskusi. Dalam
pendekatan kelompok ini bertujuan juga agar penyuluh tidak terlalu terkuras tenaganya
pertama-tama dapat melakukan pendekatan perorangan kepada petani yang tergolong
early adopter (yang sering menjadi tempat bertanya dan yang dapat mempengaruhi
para petani lainnya) dan petani ini dapat menjadi kontak tani yang membantu
menyebarkan pengetahuan dan ketrampilan kepada para anggota kelompoknya.
c.
Metode-metode
dengan pendekatan perorangan
Penyuluh berkomunikasi secara pribadi orang seorang
dengan setiap sasarannya. Dalam metode ini penyuluh melakukan hubungan atau
pendekatan-pendekatan secara langsung dengan sasaran yaitu seorang petani,
biasanya dilakukan secara berdialog langsung, melakukan kunjungan ke rumah
petani, kunjungan ke sawah/ladang petani, angjangsana, surat menyurat, hubungan
telepon. Metode ini memang sangat efektif, petani dapat secara langsung
memecahkan apa yang menjadi masalahnya dengan bimbinga khusus dari penyuluh,
akan tetapi metode pendekatan ini banyak menyita waktu, sebaiknya dilakukan
ketika penyuluh dalam keadaan senggang, banyak waktu.
Tabel 1. Keuntungan dan Kerugian Metode Penyuluhan
Metode
|
Keuntungan
|
Kerugian
|
1. Penyuluhan perorangan
|
- Waktu lebih
efisien
– Adanya persiapan yang mantap
|
- Komunikasi
tersamar
- Sifatnya lebih formal
- Pengaruhnya relatif
sukar
- Relatif lebih mudah
diukur mengorganisasikan
|
2. Penyuluhan kelompok
|
- Relatif lebih efisien,
pertanian berkelompok
- Komunikator tidak tersamar
|
- Masalah
pengorganisasian
- Pendekatan aktifitas
pembentukan kelompok bersama
- Kesulitan dalam pengorganisasian
aktivitas diskusi
- Memerlukan pembinaan
calon pimpinan kelompok yang cakap dan dinamis
|
3. Penyuluhan massal
|
- Tidak terlalu resmi,
pertanian massal
- Penuh kepercayaan
- Langsung dapat dirasakan
|
- Memakan waktu lebih banyak
- Biaya lebih besar
- Bersifat kurang efisien
pengaruhnya
|
2.
Penggolongan
Berdasarkan Teknik komunikasi
Berdasarkan teknik komunikasi, metode penyuluhan
pertanian digolongkan menjadi
1) komunikasi langsung (direct communication/face to
face communication), contohnya: obrolan di sawah, obrolan di balai desa,
obrolan di rumah, telepon/HP, kursus tani, demonstrasi karyawisata, dan
pameran; dan
2) komunikasi tidak langsung (inderect
communication), contohnya publikasi dalam
bentuk cetakan, poster, siaran
radio/TV, dan pertunjukan film. Jadi, dalam kegiatan komunikasi tidak langsung,
pesan disampaikan melalui perantara (medium atau media).
3.
Penggolongan
Berdasarkan Jumlah Sasaran
Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai, metode
penyuluhan pertanian digolongkan menjadi
1) pendekatan perorangan, contohnya: kunjungan
rumah, kunjungan usaha tani, surat-menyurat, dan hubungan telepon;
2) pendekatan kelompok, contohnya: diskusi kelompok,
demonstrasi (cara atau hasil), karyawisata, temu lapang, temu usaha, dan kursus
tani;
3) pendekatan
massal, contohnya: pameran, pemutaran film, siaran pedesaan/TV, pemasangan
poster, pemasangan spanduk, dan penyebaran bahan bacaan (folder, leaflet,
liptan, brosur).
4.
Penggolongan
Berdasarkan Indera Penerima
Berdasarkan indera penerima, metode penyuluhan
pertanian dapat digolongan menjadi
1) yang diterima
olej indera penglihatan, contohnya: poster,
film, dan pemutaran slide;
2) yang
diterima oleh indera pendengaran, contohnya: siaran TV/radio, pidato,
ceramah, dan hubungan telepon;
3) yang diterima oleh beberap indera, contohnya:
demonstrasi (cara atau hasil), siaran TV/radio (interaktif), dan pameran.
Pemilihan Metoda Penyuluhan Pertanian
Tujuan memilih metode penyuluhan pertanian antara
adalah:
1.
Agar penyuluh
pertanian dapat menetapkan suatu metode atau kombinasi beberapa metode yang
tepat dan berhasil guna.
2.
Agar kegiatan
penyuluhan pertanian yang
dilaksanakan untuk menimbulkan perubahan yang dikehendaki, yaitu
perubahan perilaku petani dan anggota keluarganya dapat berdaya guna dan
berhasil guna.
Pada umumnya, seseorang belajar melalui indera. Indera ini merupakan pintu gerbang masuknya
”stimulus” ke dalam diri seseorang yang belajar. Setiap indera akan mempunyai pengaruh yang
berbeda terhadap hasil belajar seseorang.
Seperti salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Socony Vacuum
Oil Co. Dalam Padmowihardjo (2000:6) yaitu: melalui indera pengecap 1 persen, melalui indera peraba 1,5 persen,
melalui indera penciuman 3,5 persen,
melalui indera pendengaran 11 persen dan melalui indera penglihat 83
persen. Sedangkan Hasmosoewignyo dan
Garnadi (1962) dalam
Kartasapoetra (1991:60) menyatakan
bahwa, hasil penangkapan dari
mendengar saja 10 persen, melihat saja 50 persen, melihat, mendengar dan
mengerjakan sendiri (praktik) 90 persen.
Jadi, dari fenomena tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan
penyuluhan agar kegiatan tersebut berhasil, sebaiknya menggunakan lebih dari
satu indera penerima.
Dalam mempelajari sesuatu seseorang akan mengalami
suatu proses penerapan (adoption) yang merupakan proses mental yang dapat
dilalui dalam lima tahapan, yaitu:
1.
Tahap mengetahui
dan menyadari (awarness),
dimana seseorang menyadari adanya sesuatu
ide atau teknologi
baru dan merasa
tergugah untuk mempelajarinya. Selanjutnya, ia
mencoba mengembangkan ingatan
atau pengetahuannya tentang ide atau teknologi baru tersebut.
2.
Tahap minat
(interesting), dimana seseorang yang sudah tergugah untuk mempelajari tentang
ide atau teknologi baru selanjutnya tumbuh minatnya, yaitubertanya ke sana ke
mari atau mengajukan respon, mengumpulkan keterangan- keterangan lebih lanjut
dalam rangka mengembangkan pengertiannya.
3.
Tahap menilai
(evaluation), dimana seseorang yang telah tumbuh minatnya lalu bertanya kepada
dirinya sendiri dan melakukan penilaian
secara subyektif tentang untung atau ruginya kalau akan menerapkan ide atau
teknologi baru yang dipelajarinya.
Penilaian tersebut dia lakukan berdasarkan pengertian-pengertian yang
diperolehnya dari tahap berikutnya.
4.
Tahap mencoba
(trial), dimana seseorang yang telah berhasil mencapai tahap menilai, dan
berkesimpulan bahwa ide atau
teknologi baru yang
dipelajarinya ternyata menguntungkan, maka akan mencoba menerapkan ide
atau teknologi baru tersebut dalam skala kecil sehingga timbul keyakinannya
karena telah mengalami sendiri.
5.
Tahap menerapkan
(adoption), dimana seseorang
yang telah yakin
akan menerapkan ide atau teknologi baru yang dipelajarinya dalam praktik
nyata atau dalam usaha skala yang sebenarnya.
Kemampuan seseorang dalam mempelajari sesuatu
berbeda-beda.Demikian pula tahap perkembangan mentalnya, keadaan lingkungan dan
kesempatannya juga berbeda-beda.Oleh
karena itu, perlu
dipilih metoda penyuluhan pertanian yang berdaya guna dan berhasil guna.
Dalam pemilihan metoda penyuluhan pertanian,
pertimbangan-pertimbangan yang harus diambil didasarkan pada:
1.
Karakteristk
Sasaran
Agar pesan dapat sampai dengan baik kepada sasaran,
maka perlu diperhatikan kondisi sasaran.
Karakteristik sasaran yang perlu dipertimbang-kan dalam memilih metoda
penyuluhan pertanian, antara lain: 1) tingkat pengetahuan, sikap dan
keterampilan sasaran, yaitu pengalaman bertani, pendidikan, dan tingkat
adopsinya. Misalnya, apabila dalam
suatu wilayah kerja penyuluhan terdapat sejumlah sasaran yang tingkat
pendidikannya sangat rendah atau sebagian besar
”buta huruf”, tentunya tidak dapat menggunakan
penyebaran bahan bacaan tulisan.
Selain itu, pengalaman (pengetahuan) dalam kegiatan
usaha tani yang sudah lama akan berbeda dengan petani yang masih tergolong
pemula, demikian pula dengan tingkat adopsinya. Dari tingkat penguasaan
pengetahuan, sikap dan keterampilan serta pengalaman, yang dapat kita
identifikasi ternyata sasaran berada pada tahap menilai; ini berarti bahwa
pendekatan yang kita harus gunakan adalah pendekatan kelompok, dengan
alternatif yang dapat dipilih antara lain, kombinasi antara kursus tani,
pemberian bahan bacaan, ceramah dan demonstrasi.Dapat pula dilakukan dengan
kegiatan karyawisata atau diskusi kelompok.
2.
Karakteristik
Penyuluh
Sebagai mitra
sasaran (petani), penyuluh pertanian sering disebut sebagai: fasilitator,
dinamisator, organisator, katalisator, moderator dalam proses
pembelajaran. Untuk dapat
melakukan ini semua,
penyuluh pertanian harus memiliki kemampuan menggunakan metoda
penyuluhan pertanian yang berdayaguna dan berhasilguna. Di samping itu, penyuluh pertanian juga
harus memiliki kemampuan penguasaan
teknologi atau ide baru
(inovasi) yang akan disuluhkan dalam arti pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang dimiliki
perlu dipertimbangkan dalam memilih metode penyuluhan pertanian yang tepat.
Saat ini, berdasarkan Peraturan Menteri PAN Nomor :
PER/02/MENPAN/2/2008, penyuluh pertanian terbagi dua yaitu: Penyuluh Ahli dan Penyuluh
Terampil. Kriteria ini, disesuaikan
dengan pangkat/jabatan dan beban tugas yang akan diemban oleh penyuluh
pertanian.
3.
Karakteristik
Daerah
Karakteristik
daerah yang perlu
dipertimbangkan adalah keadaan musim (agroklimat), keadaan usaha tani, dan
keadaan lapangan. Keadaan musim akan berpengaruh terhadap metoda penyuluhan
pertanian yang digunakan. Misalnya,
pada musim kemarau yang panas sekali dan tidak ada penanaman di lapagan, kita
tidak dapat melakukan kegiatan demonstrasi di lapangan, tapi sebaiknya
dilakukan di rumah petani. Sebaliknya
pada musim penghujan di beberapa daerah lebih banyak kegiatan di
lapangan. Jadi pemilihan metoda
penyuluhan pertanian harus disesuaikan dengan kondisi tersebut.
Keadaan usaha tani di suatu daerah akan turut
mempengaruhi penetapan metoda penyuluhan pertanian. Misalnya penyuluhan pada waktu pengolahan
lahan akan berlainan dengan penyuluhan pada saat panen dan pasca panen. Metoda penyuluhan pertanian hendaknya
dipilih sesuai dengan tahapan
perkembangan usaha tani yang berada dalam rentang waktu siklus usaha tani.
Keadaan lapangan juga perlu dipertimbangkan,
misalnya dalam struktur wilayah perdesaan ada yang pemukimananya tersebar dan
ada yang terpusat.Ada yang mudah diakses dengan menggunakan kendaraan roda dua
atau roda empat, dan ada yang hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki
sehingga mobilitasnya sangat sulit.Selain itu, keadaan topografi (berbukit atau
pegunungan).
4.
Materi
Penyuluhan
Materi
penyuluhan sangat menentukan terhadap jenis metoda penyuluhan pertanian yang
akan digunakan. Misalnya, penyuluhan
tentang intensifikasi pemanfaatan
lahan pertanian sangat
berbeda dengan penyuluhan
intensifikasi ayam buras, intensifikasi ternak potong, intensifikasi kedele
atau intensifikasi padi (inivasi teknis).
Berlainan pula dengan materi pembentukan poktan dan gapoktan (menyangkut
inovasi sosial) serta penyuluhan tentang perkreditan dan kontrak kerja (inovasi
ekonomi).
5.
Sarana dan Biaya
Pertimbangan
sarana dan biaya didasarkan atas bagaimana ketersediaanya sarana yang akan
digunakan sebagai alat bantu dan alat peraga penyuluhan pertanian. Sebagai
contoh, disuatu daerah yang tidak ada listrik, tentunya sulit melakukan penyuluhan
dengan menggunakan OHP (over
head projector) .
Biaya diperlukan untuk mendanai kegiatan, misalnya dari
segi efisiensinya; kursus tani lebih mahal daripada pertemuan umum, namun lebih
murah daripada melakukan kunjungan rumah atau usaha tani. Jadi ketersediaan biaya akan sangat
menentukan alternatif kombinasi pemilihan metoda penyuluhan pertanian.
6.
Kebijaksanaan
Pemerintah
Penyuluhan pertanian adalah bagian dari pembangunan
pertanian, dan pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan nasional
yang dilaksanakan pemerintah bersama-sama dengan seluruh rakyat
Indonesia.Dengan demikian, kegiatan penyuluhan pertanian harus sesuai dengan
kebijaksanaan pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah. Misalnya, pada tahun 1997 digalakkan program
pemerintah tentang ketahanan pangan, dan tahun 2007 kita harus mengawal kebijakan pemerintah untuk mencapai peningkatan 2 juta
ton beras. Artinya, gerakan
tersebut dapat dengan cepat dilakukan oleh masyarakat sasaran dengan dukungan
dari aparat terkait di semua tingkatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar