photo IKLAN_zps0bd7cdbd.png

Rabu, 19 Juni 2013

Metode-metode Penyuluhan

 Pengertian metode penyuluhan pertanian
Metode penyuluhan pertanian merupakan cara penyampaian materi penyuluhan pertanian kepada pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam melestarikan fungsi lingkungan hidup.
Metode penyuluhan pertanian erat kaitannya dengan metode belajar oranag dewasa (andragogy). Penyuluh, yang menjalankan tugas utamanya sebagai pendidik, pengajar dan pendorong, selalu berhubungan dengan sasaran penyuluhan yang biasanya adalah para petani, peternak, dan nelayan dewasa. Menurut Mardikanto (1993), sebagai suatu proses pendidikan, maka keberhasilan penyuluhan sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang dialami dan dilakukan oleh sasaran penyuluhan. Dalam pelaksanaan penyuluhan, pemahaman proses belajar pada orang dewasa serta prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh seorang penyuluh dalam menjalankan tugasnya menjadi sangat penting peranannya karena dapat membantu penyuluh dalam mencapai tujuan penyuluhan yang telah ditentukannya.
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), pilihan seorang agen penyuluhan terhadap satu metode atau teknik penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan khusus yang ingin dicapainya dan situasi kerjanya. Karena beragamnya metode penyuluhan yang dapat digunakan dalam kegiatan penyuluhan, maka perlu diketahui penggolongan metode penyuluhan menurut jumlah sasaran yang hendak dicapai. Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode terbagi menjadi tiga yakni metode berdasarkan pendekatan perorangan, kelompok, dan massal.

Tujuan Pemilihan Metode Penyuluhan Pertanian
            Penggunaan panca indera tidak terlepas dari suatu proses belajar mengajarseseorang karena panca indera tersebut selalu terlibat di dalamnya. Hal in dinyatakan oleh Socony Vacum Oil Co. Yang di dalam penelitiannya memperolehhasil sebagai berikut: 1% melalui indera pengecap, 1,5% melalui indera peraba,3% melalui indera pencium, 11% melalui indera pendengar dan 83% melalui indera penglihat.
            Dalam mempelajari sesuatu, seseorang akan mengalami suatu prosesuntuk mengambil suatu keputusan yang berlangsung secara bertahap melaluiserangkaian pengalaman mental fisikologis sebagai berikut:
1)      Tahap sadar yaitu sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi yangditawarkan oleh penyuluh
2)      Tahap minta yaitu tumbuhnya minat yang seringkali ditandai oleh keinginanuntuk bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak tentang segala sesuatuyang berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.
3)      Tahap menilai yaitu penilaian terhadap baik/buruk atau manfaat inovasi yangtelah diketahui informasinya secara lebih lengkap.
4)      Tahap mencoba yaitu tahap dimana sasaran mulai mencoba dalam skala keciluntuk lebih meyakinkan penilaiannya, sebelum menerapkan untuk skala yanglebih luas.
5)      Tahap menerapkan yaitu sasaran dengan penuh keyakinan berdasarkanpenilaian dan uji coba yang telah dilakukan/diamati sendiri.
Jadi tujuan pemilihan metode penyuluhan adalah:
1)      agar penyuluhpertanian dapat menetapkan suatu metode atau kombinasi beberapa metode yangtepat dan berhasil guna,
2)      agar kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakanuntuk menimbulkan perubahan yang dikehendaki yaitu perubahan perilaku petanidan anggota keluarganya dapat berdayaguna dan berhasilguna.

5.3 Penggolongan metode Penyuluhan
Pada prinsipnya metoda penyuluhan dapat digolongkan sesuai dengan macam-macam pendekatannya :
A. Penggolongan  dari Segi Komunikasi
Metoda penyuluhan dapat digolongkan kedalam 2 (dua) golongan yaitu :
1.        Metoda-metoda yang langsung (direct Communication/face to face Communication) dalam hal ini penyuluh langsung berhadapan muka dengan sasaran Umpannya: obrolan ditempat peternakan, dirumah, dibalai desa, di kantor, dalam kursus tani, dalam penyelenggaraan suatu demonstrasi dan lain-lain.
2.        Metoda-metoda yang tidak langsung (indirect Communication) dalam hal ini penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi dalam menyampaikan pesannya melalui perantara (media)
B. Penggolongan  berdasarkan indera penerima
Adapun penggolongan metode berdasarkan indera penerima dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
1.      Metode yang dilaksanakan dengan jalan memperhatikan. Pesan yang diterima melalui indra penglihatan. Misalnya penempelan poster, pemutaran film dan pemutaran slide.
2.      Metode yang disampaikan melalui indra pendengaran. Misalnya siaran pertanian melalui radio dan hubungan telephone serata alat-alat audiotif lainnya.
3.      Metode yang disampaikan, diterima oleh sasaran melalui beberapa macam indra secara kombinasi. Misalnya:
1.      Demonstrasi hasil (dilihat, didengar, dan diraba)
2.      Demonstrasi cara (dilihat, didengar, dan diraba)
3.      Siaran melalui televisi (didengar dan dilihat)

C. Penggolongan Berdasarkan Pendekatan  Kepada Sasaran
a)      Metode berdasarkan pendekatan perorangan   
Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode perorangan atau personal approach menurut Kartasaputra (Setiana, 2005), sangat efektif digunakan dalam penyuluhan karena sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh. Adapun jika dilihat dari segi jumlah sasaran yang ingin dicapai, metode ini kurang efektif karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu. Metode pendekatan individu akan lebih tepat digunakan dalam mendekati tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh ataupun pada golongan petani atau peternak yang menjadi panutan masyarakat setempat.
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), metode pendekatan perorangan pada hakikatnya adalah paling efektif dan intensif dibanding metode lainnya, namun karena berbagai kelemahan di dalamnya, maka pendekatan ini jarang diterapkan pada program-program penyuluhan yang membutuhkan waktu yang relatif cepat. Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan.Contohnya :
a.       Kunjungan ke rumah petani, ataupun petani berkunjung kerumah penyuluh dan kekantor.
b.      Surat menyurat secara perorangan.
c.       Demonstrasi pilot.
d.      Belajar perorangan, belajar praktek.
e.       Hubungan telepon
b)      Metode berdasarkan pendekatan kelompok
Dalam metode pendekatan kelompok, penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluhan secara kelompok. Metode pendekatan kelompok atau group approach menurut Kartasaputra (Setiana, 2005) cukup efektif, dikarenakan petani atau peternak dibimbing dan diarahkan secara kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerja sama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, di samping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan.
Metode kelompok pada umumnya berdaya guna dan berhasil guna tinggi. Metode ini lebih menguntungkan karena memungkinkan adanya umpan balik, dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggotanya. Dalam hal ini penyuluh berhubungan dengan kelompok sasaran Contohya :
a.    pertemuan (contoh : di rumah, di saung, di balai desa, dan lain-lain.
b.    Perlombaan.
c.    Demonstrtasi cara/hasil.
d.    Kursus tani.
e.    Musyawarah/diskusi kelompok/temu karya.
f.     Karyawisata.
g.    Hari lapangan petani (farm field day).
Ciri khusus metode kelompok :
a. Menjangkau lebih banyak sasaran
b. Penyatuan pengalaman petani
c. Memperkuat pembentukan sikap petani
d. Pertemuan dapat diulang
e. Keterlibatan petani bisa lebih aktif
c)      Metode berdasarkan pendekatan massal
Metode pendekatan massal atau mass approach. Sesuai dengan namanya, metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak. Dipandang dari segi penyampaian informasi, metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran dan keingintahuan semata. Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunakan media massa sehingga pesan yang diampaikan mengalami distorsi (Van den Ban dan Hawkins, 1999). Termasuk dalam metode pendekatan massal antara lain adalah rapat umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film, penyebaran leaflet, folder atau poster, surat kabar, dan lain sebagainya.
            Dalam hal ini penyuluh menyampaikan pesannya secara langsung maupun tidak langsung kepada sasaran dengan jumlah banyak secara sekaligus.
Contohya :
a.    Rapat (pertemuan umum)
b.    Siaran pedesaan melalui Radio/TV
c.    Pemuatan film/slide
d.    Penyebaran bahan tulisan : (brosur, leaflet, folder, booklet dan sebgainya)
e.    Pemasangan Foster dan Spanduk
f.     Pertunjukan Kesenian
Beragamnya metode penyuluhan bukan berarti kita harus memilih yang paling baik dari sekian metode yang ada, tetapi bagaimana metode tersebut cocok atau sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penyuluhan. Berikut ini beberapa keuntungan dan kerugian dari ketiga metode tersebut (Setiana, 2005), yakni:
Tabel 2. Keuntungan dan kerugian metode penyuluhan perorangan, kelompok dan massal
Metode
Keuntungan
Kerugian
Penyuluhan perorangan
§ Waktu lebih efisien
§ Adanya persiapan yang mantap
§ Komunikasi tersamar
§ Sifatnya lebih formal
§ Pengaruhnya relatif sukar
§ Relatif lebih mudah diukur mengorganisasikan
Penyuluhan kelompok
§  Relatif lebih efisien, pertanian berkelompok
§  Komunikator tidak tersamar
§  Masalah pengorganisasian
§  Pendekatan aktifitas pembentukan kelompok bersama
§  Kesulitan dalam pengorganisasian aktivitas diskusi
§  Memerlukan pembinaan calon pimpinan kelompok yang cakap dan dinamis
Penyuluhan massal
§  Tidak terlalu resmi, pertanian massal
§  Penuh kepercayaan
§  Langsung dapat dirasakan
§  Memakan waktu lebih banyak
§  Biaya lebih besar
§  Bersifat kurang efisien pengaruhnya

D. Metode Penyuluhan lainnya
a)      Metode Partisipatif
Metode penyuluhan pertanian partisipatif yaitu masyarakat berpartisipasi secara interaktif, analisis-analisis dibuat secara bersama yang akhirnya membawa kepada suatu rencana tindakan. Partisipasi disini menggunakan proses pembelajaran yang sistematis dan terstruktur melibatkan metode-metode multidisiplin , dalam hal ini kelompok ikut mengontrol keputusan lokal. Berdasarkan atas UU SP3K pasal 26 ayat 3, dikatakan bahwa "Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif melalui mekanisme kerja dan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan pelaku usaha".
Hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan PRA antara lain penyuluhan pertanian, metode, dan teknik penyuluhan seperti demplot, wawancara, anjangsana, pendekatan kelompok dan pendekatan individu. Penyuluh partisipatif merupakan pendekatan penyuluhan dari bawah ke atas (bottom up) untuk memberikan kekuasaan kepada petani agar dapat mandiri, yaitu kekuasaan dalam peran, keahlian, dan sumberdaya untuk mengkaji desanya sehingga tergali potensi yang terkandung, yang dapat diaktualkan, termasuk permasalahan yang ditemukan (Suwandi, 2006). Dengan pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif, para penyuluh pertanian akan termotivasi untuk menggali keberadaan sumber informasi pertanian setempat yang mudah diakses oleh yang memerlukan, baik penyuluh maupun petani. Pelatihan juga akan mendorong inisiatif positif para penyuluh pertanian dan petani, melalui pendekatan partisipatif untuk mendapatkan solusi permasalahan usahatani di lapangan (BBPP Lembang, 2009).
Tabel 3. Kelebihan dan kekurangan metode penyuluhan partisipatif
Kelebihan
Kelemahan
  • melibatkan  partisipasi penuh dari masyarakat
  • pendekatan penyuluhan dari bawah ke atas (bottom up) untuk memberikan kekuasaan kepada petani agar dapat mandiri
  • Mendorong inisiatif positif  para penyuluh maupun petani
  • Memebrikan motivasi bagi penyuluh
  • Membutuhkan waktu yang relative lebih lama
  • Pembicaraan dapat menyimpang dari arah pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

b)      Metode penyuluhan berbasis ICT
Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian pada tahun 2010 melakukan model penyuluhan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat melalui cyber extension. Secara singkat dapat dikatakan bahwa cyber extension merupakan sistem informasi penyuluhan pertanian melalui media internet (berbasis TIK) yang dibangun untuk mendukung penyediaan materi penyuluhan dan informasi pertanian bagi penyuluh dalam memfasilitasi proses pembelajaran agribisnis pelaku utama dan pelaku usaha.
Sharma, Director Information Technology, Documentation & Publications National Institute of Agricultural Extension Management India, memberikan istilah tentang pemanfaatan TIK untuk penyuluhan pertanian dengan sebutan “cyber extension” (Subejo, 2008). Cyber Extension merupakan sistem informasi penyuluhan pertanian melalui media internet, untuk mendukung penyediaan materi penyuluhan dan informasi pertanian bagi penyuluh dalam memfasilitasi  proses pembelajaran agribisnis bagi pelaku utama dan pelaku usaha (Badan PPSDMP, Kementerian Pertanian 2010). Menurut Sharma (2005) Cyber Extension adalah penyuluhan melalui cyber space yaitu menggunakan kekuatan jaringan on-line, komunikasi komputer dan multimedia interaktif digital untuk memfasilitasi penyebarluasan teknologi pertanian. Elemen cyber extension adalah (1)E-mail; (2) Penyuluhan/penyebaran informasi pertanian berbasis Web; (3) Sistem interaktif dalam pengendalian hama dan penyakit; (4) Internet browsing untuk penyuluhan pertanian; (5) Video Conferencing- Static, Mobile; (6) Kisan Call Centers;(7) Satelite Communication Networks (Sharma, 2005)
Cyber Extension adalah program yang dikembangkan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, merupakan metode penyuluhan masa depan yang dirancang dengan tujuan, sebagai berikut: (1) meningkatkan arus informasi dari pusat sampai tingkat petani;  (2) meningkatkan penyediaan materi penyuluhan pertanian bagi penyuluh; (3) meningkatkan akses petani dalam mendapatkan informasi; dan (4) menyediakan peralatan komputer yang dapat mengakses informasi Cyber Extension (Badan PPSDMP, 2010)
Tabel  4. Kelebihan dan kelemahan metode penyuluhan berbasis ICT
Kelebihan
Kelemahan
  • Pengembangan kelembagaan penyuluhan
  • Penguatan ketenagaan penyuluhan
  • Perbaikan penyelenggaraan penyuluhan
  • Penguatan dukungan teknologi pada usaha tani/agribisnis di tingkat petani
  • Perbaikan pelayanan teknologi dan informasi pertanian
  • Belum semua petani mau dan mampu menerima adanya teknologi
  • Informasi yang diterima tidak seluruhnya dapat dimengerti


 Studi Kasus
Rekomendasi Aplikasi TIK Dalam Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
Studi yang telah dilakukan oleh ENRAP di Asia Pasifik (termasuk di Indonesia) menemukan bahwa kesuksesan (efektivitas) intervensi aplikasi TIK utamanya tergantung pada dampaknya terhadap mata pencaharian dan aset mata pencaharian. Keberlanjutan (sustainability) suatu intervensi aplikasi TIK memiliki mempunyai dua aspek penting, yaitu: kemampuan dalam melanjutkannya dalam jangka panjang dan kemampuannya  untuk mengurangi sifat mudah terlukanya (vulnerabilities) dari target beneficiaries. Adapun kesadaran dan komitmen stakeholders, ketepatan relevansi isi, penggunaan bahasa lokal dan upaya penyediaan akses terhadap intervensi TIK adalah faktor kritis lain yang penting bagi keefektivan dan kesuksesan dari suatu intervensi aplikasi ICT yang ditargetkan bagi kehidupan masyarakat perdesaan. Intervensi yang bersifat demand-driven dalam fungsinya seperti halnya teknologi tepat guna (sesuai dengan yang dipilih atau diinginkan pengguna) mempunyai prevalensi kesuksesan yang lebih tinggi (ENRAP 2009).
Perkembangan TIK seperti komputer dan teknologi komunikasi, khususnya internet dapat digunakan untuk menjembatani informasi dan pengetahuan yang tersebar di antara yang menguasai informasi dan yang tidak.  Akses terhadap komunikasi digital membantu meningkatkan akses terhadap peluang pendidikan, meningkatkan transparansi dan efisiensi layanan pemerintah, memperbesar partisipasi secara langsung dari ”used-to-be-silent-public” (masyarakat yang tidak mampu berpendapat) dalam proses demokrasi, meningkatkan peluang perdagangan dan pemasaran, memperbesar pemberdayaan masyarakat dengan memberikan suara kepada kelompok yang semula tidak bersuara (perempuan) dan kelompok yang mudah diserang, menciptakan jaringan dan peluang pendapatan untuk wanita, akses terhadap informasi pengobatan untuk masyarakat yang terisolasi dan meningkatkan peluang tenaga kerja (Servaes 2007).
Leeuwis (2004) menyatakan bahwa pesan dan teknologi (inovasi) pertanian yang dipromosikan oleh agen penyuluhan sering tidak sesuai dan tidak mencukupi.  Hal ini memberikan implikasi bahwa informasi yang ditujukan pada petani dan agen penyuluh sangat terbatas karena beberapa faktor, di antaranya adalah: staf universitas dari disiplin yang berbeda, peneliti yang terlibat, politisi, pengambil kebijakan, agroindustri dan birokrat yang memainkan peranan dalam proses promosi inovasi pertanian tersebut.  Konsekuensinya, inovasi  yang terpadu hanya dapat diharapkan muncul ketika berbagai aktor (termasuk petani), yang dapat mempengaruhi kecukupan pengetahuan dan teknologi, bekerjasama untuk memperbaiki kinerja kolektif.  Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dilakukan upaya untuk memperbaiki fungsi dari sistem pengetahuan dan informasi pertanian (Agricultural Knowledge and Information System–AKIS).
Sistem pengetahuan dan informasi pertanian dapat berperan dalam membantu petani dengan melibatkannya secara langsung dengan sejumlah besar kesempatan, sehingga mampu memilih kesempatan yang sesuai dengan situasi dan kondisi faktual di lapangan.  Peningkatan efektivitas jejaring pertukaran informasi antarpelaku agribisnis terkait merupakan aspek penting untuk mewujudkan sistem pengetahuan dan informasi pertanian.  Dengan dukungan implementasi TIK serta peran aktif berbagai kelembagaan terkait upaya untuk mewujudkan jaringan informasi inovasi bidang pertanian sampai di tingkat petani dapat diwujudkan.  Keberhasilan proses knowledge sharing inovasi pertanian sangat bergantung pada peran aktif dari berbagai institusi terkait yang memiliki fungsi menghasilkan inovasi pertanian maupun yang memiliki fungsi untuk mengkomunikasikan inovasi pertanian.
Rekomendasi aplikasi TIK dalam mendukung pembangunan pertanian yang berkelanjutan adalah aplikasi TIK yang mendorong terjadinya knowledge sharing untuk meningkatkan fungsi sistem pengetahuan dan informasi pertanian. Dengan demikian, aplikasi TIK tersebut dapat berperan dalam membantu petani dengan melibatkannya secara langsung dengan sejumlah besar kesempatan, sehingga mampu memilih kesempatan yang sesuai dengan situasi dan kondisi faktual di lapangan. Peningkatan efektivitas jejaring pertukaran informasi antarpelaku agribisnis terkait merupakan aspek penting untuk mewujudkan sistem pengetahuan dan informasi pertanian.
Dengan dukungan TIK serta peran aktif berbagai kelembagaan pengetahuan terkait pertanian dan kelembagaan-kelembagaan pendukung lainnya yang berpotensi untuk bersinergi, upaya untuk mewujudkan jaringan informasi bidang pertanian sampai di tingkat kelompok petani dapat diwujudkan. Keberhasilan proses knowledge sharing inovasi pertanian sangat bergantung pada peran aktif dari berbagai institusi terkait yang memiliki fungsi menghasilkan inovasi pertanian maupun yang memiliki fungsi untuk memproses dan  mengkomunikasikan inovasi pertanian berkelanjutan, khususnya penyuluh pertanian dan petani.
Berdasarkan permasalahan yang masih banyak dihadapi dalam implementasi TIK untuk mendukung pembangunan pertanian, maka aplikasi TIK dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi kesiapan sumber daya yang ada di daerah.  Aplikasi TIK diarahkan untuk mendukung percepatan akses pelaku pembangunan pertanian terhadap sumber informasi yang dibutuhkan sekaligus merupakan sarana untuk mempercepat proses pertukaran informasi antarpihak-pihak terkait dalam proses pembangunan pertanian berkelanjutan. 
Analisis :

Metode penyuluhan berbasis TIK memang sangat bagus, namun jika melihat kondisi petani yang ada dalam menjakau akses tersebut tentu mereka masih lemah dalam mengakses TIK. Melihat keterbatasan tersebut maka aplikasi TIK perlu dimodifikasikan dengan media konvensional. Artinya informasi yang diperoleh malalui aplikasi teknologi informasi, misalnya internet dapat disederhanakan dan dikemas kembali sesuai kebutuhan dan karakteristik pengguna akhir oleh penyuluh pertanian atau fasilitator. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar