Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan
produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian
dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan outputriil. Definisi
pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada
kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf
hidup diukur dengan output riil per orang.
Pertumbuhan Ekonomi Dan Kenaikan Produktivitas
Sementara
negara-negara miskin berpenduduk padat dan banyak hidup pada taraf batas hidup
dan mengalami kesulitan menaikkannya, beberapa negara maju seperti Amerika
Serikat dan Kanada, negara-negara Eropa Barat, Australia, Selandia Baru, dan
Jepang menikmati taraf hidup tinggi dan terus bertambah.Pertambahan penduduk
berarti pertambahan tenaga kerja serta berlakunya hukum Pertambahan Hasil yang
Berkurang mengakibatkan kenaikan output semakin kecil, penurunan produk
rata-rata serta penurunan taraf hidup.
Sebaliknya
kenaikan jumlah barang-barang kapital, kemajuan teknologi, serta kenaikan
kualitas dan keterampilan tenaga kerja cenderung mengimbangi berlakunya hukum
Pertambahan Hasil yang Berkurang. Penyebab rendahnya pendapatan di
negara-negara sedang berkembang adalah berlakunya hukum penambahan hasil yang
semakin berkurang akibat pertambahan penduduk sangat cepat, sementara tak ada
kekuatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi berupa pertambahan kuantitas dan
kualitas sumber alam, kapital, dan kemajuan teknologi.
TEORI DAN MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI
Dalam
zaman ahli ekonomi klasik, seperti Adam Smith dalam buku karangannya yang
berjudul An Inguiry into the Nature and
Causes of the Wealt Nations, menganalisis sebab berlakunya pertumbuhan
ekonomidan factor yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Setelah Adam Smith,
beberapa ahli ekonomi klasik lainnya seperti Ricardo, Malthus, Stuart Mill,
juga membahas masalah perkembangan ekonomi.
A.
Teori Inovasi Schum Peter
Pada teori ini menekankan pada faktor inovasi
enterpreneur
sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi kapitalilstik.
Dinamika persaingan
akan mendorong hal ini.
B.
Model Pertumbuhan Harrot-Domar
Teori
ini menekankan konsep tingkat pertumbuhan natural.
Selain kuantitas
faktor produksi tenaga kerja diperhitungkan juga kenaikan efisiensi karena
pendidikan dan latihan. Model ini dapat menentukan berapa besarnya tabungan atau
investasi yang diperlukan untuk memelihar tingkat laju pertumbuhan ekonomi
natural yaitu angka laju pertumbuhan ekonomi natural dikalikan dengan nisbah
kapital-output.
C.
Model Input-Output Leontief.
Model
ini merupakan gambaran menyeluruh tentang aliran dan hubungan antarindustri.
Dengan menggunakan tabel ini maka perencanaan pertumbuhan ekonomi dapat
dilakukan secara konsisten karena dapat diketahui gambaran hubungan aliran
input-output antarindustri. Hubungan tersebut diukur dengan koefisien
input-output dan dalam jangka pendek/menengah dianggap konstan tak berubah.
D.
Model Pertumbuhan Lewis
Model
ini merupakan model yang khusus menerangkan kasus negara sedang berkembang banyak
(padat)
penduduknya.
Tekanannya adalah
pada perpindahan kelebihan penduduk disektor pertanian ke sektor modern
kapitalis industri yang dibiayai dari surplus keuntungan.
E.Model Pertumbuhan Ekonomi Rostow
Model
ini menekankan tinjauannya pada sejarah tahp-tahap pertumbuhan ekonomi serta
ciri dan syarat masing-masing. Tahap-tahap tersebut adalah tahap masyarakat
tradisional, tahap prasyarat lepas landas, tahap lepas landas, tahap gerakan ke arah kedewasaan, dan akhirnya tahap konsumsi tinggi.
Peran Perdagangan Internasional
Dalam konteks
perekonomian terbuka perdagangan
internasional dalam hal ini adalah expor dan impor dan aliran dana antar negara menjadi sesuatu
yang tidak dapat dinafikan peranannya dalam pemberian kontribusi bagi
pertumbuhan. Perdagangan dapat menjadi mesin bagi pertumbuhan (trade as
engine of growth, Salvatore, 2004).
Jika aktifitas
perdagangan internasional adalah ekspor dan impor, maka salah satu dari
komponen tersebut atau kedua-duanya dapat menjadi motor penggerak bagi
pertumbuhan
Perpindahan Faktor Produksi
Aliran
kapital atau investasi asing dari luar negeri baik oleh sector pemerintah
maupun swasta asing dapat merupakan suplemen atau pelengkap bagi usaha
pemecahan lingkaran setan kemiskinan. Penanaman modal asing banyak bergerak di
sektor eksplorasi sumber alam berupa pertambangan, kehutanan, perikanan, dan
juga di sektor manufacturing. Swasta asing yang melakukan investasi umumnya
merupakan perusahaan besar multinasional.
Indonesia mulai
menetapkan kebijakan yang berupa export promotion pada awal tahun
1980-an hal ini berarti kebijakan tersebut menjadikan ekspor sebagai motor
penggerak bagi pertumbuhan.
Ketika perdagangan internasional
menjadi pokok bahasan, tentunya perpindahan modal antar negara menjadi bagian
yang penting. Ketika terjadi perdagangan internasional yang berupa ekspor dan
impor, akan memunculkan kemungkinan untuk memindahkan tempat produksi.
Efek Terhadap Produksi
Pedagangan luar negeri mempunyai pengaruh yang kompleks
terhadap sector produksi di dalam negeri. Secara umum kita bisa menyebutkan
empat macam pengaruh yang bekerja melalui adanya:
1.
Spesialisasi
produksi.
2.
Kenaikan
“investasi surplus”
3.
“Vent
for Surplus”.
4.
Kenaikan
produktivitas.
Spesialisasi
Perdagagangan internasional mendorong masing-masing
Negara kearah spesialisasi dalam produksi barang di mana Negara tersebut
memiliki keunggulan komperatifnya. Dalam kasus constant-cost, akan terjadi spesialisasi produksi yang penuh,
sedangkan dalam kasus increasing-cost terjadi spesialisasi yang tidak penuh.
Spesialisasi tidak membawa manfaat kepada masyarakat kecuali apabila disertai
kemungkinan menukarkan hasil produksinya dengan barang-barang lain yang
dibutuhkan. Spesialisasi ditambah perdagangan bisa meningkatkan pendapatan riil
masyarakat, namun spesialisasi tanpa perdagangan akan bisa menurunkan
kesejahteraan masyarakat.
Ada tiga faktor yang membuat spesialisasi dan perdagangan
tidak selalu bermanfaat bagi suatu negara. Ketiga faktor ini berkaitan dengan
kemungkinan spesialisasi produksi yang terlalu jauh, artinya adanya sektor
produksi yang terlalu terpusatkan pada satu atau dua barang saja. Keadaan ini
adalah:
a.
Ketidakstabilan pasar luar negeri
Bayangkan suatu negara yang karena dorongan spesialisasi dari perdagangan,
hanya memproduksi karet dan kayu. Apabila harga karet dan kayu dunia jatuh,
maka perekonomian dalam negeri otomatis akan jatuh. Lain halnya apabila negara
tersebut tidak hanya berspesialsasi pada kedua barang tesebut, tetapi juga memproduksi
barang-barang lain baik untuk ekspor maupun untuk kebutuhan dalam negeri
sendiri.
Turunnya harga dari satu atau dua barang mungkin bisa diimbangi oleh
naiknnya haga barang-barang lain. Inilah pertentangan atau konfik antara
spesialisasi dengan diversifikasi. Spesialisasi biasa meningkatkan pendapatan
riil masyarakat secara maksimal, tetapi dengan resiko ketidakstabilan
pendapatan tetapi dengan konsekuensi harus mengorbankan sebagian dari kenaikan
pendapatan dari spesialisasi. Sekarang hampir semua negara di dunia menyadari
bahwa spesialisasi yang terlalu jauh (meskipun didasarkan atas prinsip
keunggulan komperatif, seperti yang ditunjukan oleh teori ekonomi) bukanlah
keadaan yang baik. Manfaat dari diversifikasi harus pula diperhitungkan.
b. Keamanan nasional
b. Keamanan nasional
Bayangkan suatu negara hanya memproduksi satu barang, misalnya karet, dan
harus mengimpor seluruh kebutuhan bahan makanannya. Meskipun karet adalah
cabang produksi dimana negara tersebut memiliki keunggulan komperatif yang
paling tinggi, sehingga bisa meningkatkan CPFnya semakin mungkin, tentunya
keadaan seperti ini tidak sehat. Seandainya terjadi perang atau apapun yang
menghambat perdagangan luar negeri, dari manakah diperoleh bahan makanan bagi
penduduk negara tersebut? Jelas bahwa pola produksi seperti yang didiktekan
oleh keunggulan komperatif tidak harus selalu diikuti apabila ternyata
kelangsungan hidup negara itu sendiri sama sekali tidak terjamin.
c. Dualisme
Sejarah perdagangan internasional negara-negara sedang berkembang, terutama
semasa mereka masih menjadi koloni negara-negara Eropa, ditandai oleh timbulnya
sektor ekspor yang berorientasi ke pasar dunia dan yang sedikit sekali
berhubungan dengan sektor tradisional dalam negeri. Sektor ekspor seakan-akan
bukan merupakan bagian dari negeri itu, tetapi bagian dari pasar dunia. Dalam
keadaan seperti ini spesialisasi dan perdagangan internasional tidak memberi
manfaat kepada perekonomian dalam negeri. Keadaan ini di negara-negara sedang
berkembang setelah mereka merdeka, memang sudah menunjukan perubahan. Tetapi
sering belum merupakan perubahan yang fundamental. Sektor ekspor yang “modern”
masih nampak belum bisa menunjang sektor dalam negeri yang “tradisional”.
Ketiga keadaan tersebut di atas adalah peringatan bagi kita untuk tidak
begitu saja dan tanpa reserve menerima dalil perdagangan Neoklasik bahwa
spesialisasi dan perdagangan selalu menguntungkan dalam keaadaan apapun. Tetapi
di lain pihak, uraian diatas tidak merupkan bukti bahwa manfaat dari
perdagangan tidaklah bisa dipetik dalam kenyataan. Teori keunggulan komperatif
masih memiliki kebenaran dasarnya, yaitu bahwa suatu negara seyogyanya
memanfaatkan keunggulan komperatifnya dan kesempatan”transformasi lewat
perdagangan”. Hanya saja perlu diperhatikan bahwa dalam hal-hal tertentu pertimbangan-pertimbangan
lain jangan dilupakan.
Transformasi ekonomi di negara berkembang
-
Pada
umumnya transformasi di negara berkembang adalah transformasi dari sektor
pertanian ke sektor industri atau terjadinya transformasi dari sektor primer
kepada sektor non primer (sekunder atau tersier).
-
Seperti
pada Gambar berikut ini : menggambarkan pola perubahan kontribusi sektoral
terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto Regional dalam jangka panjang
(Hasil study Chenary & Syrquin)
Gambar 5. Kontribusi Output dari Sektor Primer ke PDB
Pada Gambar terlihat bahwa kontribusi output dari sektor primer terhadap
PDB semakin mengecil sedangkan pangsa produk dari PDB sektor sekunder dan
tersier mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan pendapatan nasional.
Transformasi ekonomi menunjukkan terjadinya peralihan kegiatan ekonomi dari
perekonomian tradisional ke perekonomian modern.
Sebab Munculnya teori Dependensi di Negara Berkembang
Sebagian terbesar (sekitar 80%) penduduk di negara-negara dunia ketiga
tinggal di daerah perdesaan. Mereka umumnya (sekitar 66%) bekerja di sektor
pertanian. Padahal sumbangan sektor pertanian terhadap produk nasional kotor
(GDP) hanya 32%. Umumnya perekonomian di negara-negara yang sedang berkembang
berorientasi pada produksi bahan-bahan pokok sebagai saingan dari
kegiatan-kegiatan produk sekunder (industri) dan tersier (jasa). Komoditi pokok
ini merupakan ekspor yang penting ke negara lain.
Dependensi (ketergantungan) merujuk kepada menggantungkan nasib secara berlebihan kepada negara lain.
Teori ketergantungan menggunakan teori-teori ekonomi dan politik untuk
menjelaskan bagaimana proses perdagangan internasional dan pembangunan domestik
membuat sejumlah negara berkembang menjadi lebih bergantung secara ekonomi
kepada negara maju.
Komoditi yang dijual negara berkembang adalah komoditi bernilai ekonomi
rendah, sementara yang dijual negara maju adalah komoditas yang bernilai
ekonomi tinggi, sehingga terjadi ketimpangan. Belum lagi adanya proteksi dari
negara maju terhadap produk pertaniannya.
Teori Dependensi
Teori ketergantungan merujuk kepada hubungan dan jaringan
antara wilayah dan ekonomi maju dan berkembang. Teori ketergantungan melihat
ketertinggalan pembangunan sebagai hasil dari ketidakseimbangan hubungan
kekuasaan antara negara maju yang kapitalis dengan negara miskin. Negara maju
yang berkuasa mendominasi negara miskin melalui aliran dana yang
dipinjamkannya.
Teori ketergantungan merupakan bagian dari “model-model
strukturalis internasional”, yang secara esensial memandang negara-negara dunia
ketiga sebagai benda yang diatur oleh kekakuan struktur ekonomi dan
institusional serta terperangkap dalam suasana ‘ketergantungan’ dan ‘dominasi’
terhadap negara-negara kaya.
Terdapat dua jalur dalam model strukturalis internasional
ini yaitu model dependensi ‘neo-kolonial’ dan model ‘paradigma tiruan/palsu’.
¥ Model dependensi neo-kolonial : Eksistensi dan memelihara
keterbelakangan dunia ketiga, terutama sekali terhadap evolusi historis
mengenai sistem kapitalis internasional yang betul-betul tidak sama dalam
hubungan negara-negara kaya dan negara-negara miskin.
¥ Model paradigma tiruan/palsu : Negara maju/donor
memberikan konsep-konsep yang besar, struktur teoritikal yang baik dan
model-model ekonometrik yang kompleks mengenai pembangunan yang seringkali
menimbulkan kekurangsesuaian atau menimbulkan kebijakan-kebijakan yang keliru
karena faktor-faktor institusional dan struktural.
sumber: modul matakuliah perdagangan internasional, Agribisnis UNPAD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar