photo IKLAN_zps0bd7cdbd.png

Rabu, 19 Juni 2013

Definisi Sistem Inovasi dan Tahapan-tahapan dalam Proses Inovasi

 Definisi Sistem Inovasi
Beberapa Contoh Definisi Sistem Inovasi
·                     Freeman (1987): sistem inovasi adalah jaringan lembaga di sektor publik dan swasta yang interaksinya memprakarsai, mengimpor (mendatangkan), memodifikasi dan mendifusikan teknologi-teknologi baru (Freeman dalam Technology and Economic Performance: Lessons from Japan; Metcalfe dalam Stoneman P. (ed), “Handbook of the Economics of Innovation and Technological Change.”
·                     Lundvall (1992): sistem inovasi merupakan elemen dan hubungan-hubungan yang berinteraksi dalam menghasilkan, mendifusikan dan menggunakan pengetahuan yang baru dan bermanfaat secara ekonomi . . . . suatu sistem nasional yang mencakup elemen-elemen dan hubungan-hubungan bertempat atau berakar di dalam suatu batas negara. Pada bagian lain ia juga menyampaikan bahwa sistem inovasi merupakan suatu sistem sosial di mana pembelajaran (learning), pencarian (searching), dan penggalian/eksplorasi (exploring) merupakan aktivitas sentral, yang melibatkan interaksi antara orang/masyarakat dan reproduksi dari pengetahuan individual ataupun kolektif melalui pengingatan (remembering).
·                     Nelson dan Rosenberg (1993): Sistem inovasi merupakan sehimpunan aktor yang secara bersama memainkan peran penting dalam memengaruhi kinerja inovatif (innovative performance).
·                     Metcalfe (1995): Sistem inovasi merupakan sistem yang menghimpun institusi-institusi berbeda yang berkontribusi, secara bersama maupun individu, dalam pengembangan dan difusi teknologi-teknologi baru dan menyediakan kerangka kerja (framework) di mana pemerintah membentuk dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan untuk memengaruhi proses inovasi. Dengan demikian, sistem inovasi merupakan suatu sistem dari lembaga-lembaga yang saling berkaitan untuk menciptakan, menyimpan, dan mengalihkan (mentransfer) pengetahuan, keterampilan dan artifacts yang menentukan teknologi baru.
·                     OECD (1999): sistem inovasi merupakan himpunan lembaga-lembaga pasar dan non-pasar di suatu negara yang memengaruhi arah dan kecepatan inovasi dan difusi teknologi.
·                     Edquist (2001): Sistem inovasi merupakan keseluruhan faktor ekonomi, sosial, politik, organisasional dan faktor lainnya yang memengaruhi pengembangan, difusi dan penggunaan inovasi. . . Jadi, sistem inovasi pada dasarnya menyangkut determinan dari inovasi.
·                     Arnold, et al. (2001) dan Arnold, et al. (2003) menggunakan istilah ”sistem riset dan inovasi nasional” (national research and innovation system), yaitu keseluruhan aktor dan aktivitas dalam ekonomi yang diperlukan bagi terjadinya inovasi industri dan komersial dan membawa kepada pembangunan ekonomi.
Tahapan-tahapan Sistem Inovasi 
1.    Tahap Pengetahuan
Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan, yaitu tahap pada saat seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana fungsi inovasi tersebut. Ada tiga tipe pengetahuan dalam tahap pengenalan inovasi, yaitu: kesadaran/pengetahuan mengenai adanya inovasi, pengetahuan “teknis” dan pengetahuan “prinsip”. Tipe yang pertama yakni pengetahuan kesadaran akan adanya inovasi yang telah dibicarakan di sebelumnya. Tipe yang kedua, meliputi informasi yang diperlukan mengenai cara pemakaian atau penggunaan suatu informasi. Tipe pengetahuan yang ketiga adalah berkenaan dengan prinsip-prinsip berfungsinya suatu informasi.
Berkaitan dengan pengetahuan tentang inovasi, ada generalisasi (prinsip-prinsip umum) tentang orang yang lebih awal mengetahui tentang inovasi :
a)                  Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih tinggi pendidikannya daripada yang akhir.
b)                  Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih tinggi status sosial ekonominya daripada yang akhir
c)                  Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih terbuka terhadap media massa daripada yang akhir.
d)                 Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih terbuka terhadap komunikasi interpersonal daripada yang akhir.
e)                  Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih banyak kontak dengan agen pembaharu daripada yang akhir.
f)                   Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih banyak berpartisipasi dalam sistem sosial daripada yang akhir.
g)                  Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih kosmopolitan daripada yang akhir.
Perlu diketahui juga bahwa tahu tentang inovasi tidak sama dengan melaksanakan atau menerapkan inovasi. Banyak orang yang tahu tetapi tidak melaksanakan, dengan berbagai kemungkinan penyebabnya.
2.    Tahap Bujukan (Persuasi)
Pada tahap persuasi dari proses keputusan inovasi, seseorang membentuk sikap menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada tahap pengetahuan proses kegiatan mental yang utama bidang kognitif, maka pada tahap persuasi yang berperan utama bidang afektif atau perasaan. Seseorang tidak dapat menyenangi inovasi sebelum ia tahu lebih dulu tentang inovasi.
Dalam tahap persuasi ini lebih banyak keaktifan mental yang memegang peran. Seseorang akan berusaha mengetahui lebih banyak tentang inovasi, dan menafsirkan informasi yang diterimanya. Pada tahap ini berlangsung seleksi informasi disesuaikan dengan kondisi dan sifat pribadinya. Di sinilah peranan karakteristik inovasi dalam mempengaruhi proses keputusan inovasi (lihat Bagan 1. Model Tahap-Tahap Proses Keputusan Inovasi).
Dalam tahap persuasi ini juga sangat penting peran kemampuan untuk mengantisipasi kemungkinan penerapan inovasi di masa datang. Perlu ada kemampuan untuk memproyeksikan penerapan inovasi dalam pemikiran berdasarkan kondisi dan situasi yang ada. Untuk mempermudah proses mental ini, perlu adanya gambaran yang jelas tentang bagaimana pelaksanaan inovasi, jika mungkin sampai pada konsekuensi inovasi.
3.    Tahap Keputusan
Tahap keputusan dari proses keputusan inovasi, berlangsung jika seseorang melakukan kegiatan yang mengarah untuk menetapkan menerima atau menolak inovasi. Menerima inovasi berarti sepenuhnya akan menerapkan inovasi. Menolak inovasi berarti tidak akan menerapkan inovasi.
Sering terjadi seseorang akan menerima inovasi setelah ia mencoba lebih dahulu. Bahkan jika mungkin mencoba sebagian kecil lebih dahulu, baru kemudian dilanjutkan secara keseluruhan jika sudah terbukti berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Tetapi tidak semua inovasi dapat dicobadengan dipecah menjadi beberapa bagian. Inovasi yang dapat dicoba bagian demi bagian akan lebih cepat diterima.
Dapat juga terjadi percobaan cukup dilakukan sekelompok orang, dan yang lain cukup mempercayai dengan hasil percobaan temannya. Perlu diperhatikan bahwa dalam kenyataannya pada setiap tahap dalam proses keputusan inovasi dapat terjadi penolakan inovasi. Misalnya penolakan dapat terjadi pada awal tahap pengetahuan, dapat juga terjadi pada tahap persuasi, mungkin juga terjadi setelah konfirmasi, dan sebagainya.
Dalam pelaksanaan difusi inovasi antara: pengetahuan, persuasi dan keputusan inovasi sering berjalan bersamaan. Satu dengan yang lain saling berkaiatan. Bahkan untuk jenis inovasi tertentu dan dalam kondisi tertentu dapat terjadi urutan: pengetahuan-keputusan inovasi-baru persuasi.
4.    Tahap Implementasi
Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila seseorang menerapkan inovasi. Dalam tahap implementasi ini berlangsung keaktifan baik mental maupun perbuatan. Keputusan penerimaan gagasan atau ide baru dibuktikan dalam praktek. Pada umumnya implementasi tentu mengikuti hasil keputusan inovasi. Tetapi juga tejadi karena sesuatu hal sudah memutuskan menerima inovasi tidak diikuti implementasi. Biasanya hal ini terjadi karena fasilitas penerapan yang tidak tersedia.
Kapan tahap implementasi berakhir? Mungkin tahap ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama, tergantung dari keadaan inovasi itu sendiri. Tetapi biasanya suatu tanda bahwa taraf implementasi inovasi berakhir jika penerapan inovasi itu sudah melembaga atau sudah menjadi hal-hal yang bersifat rutin. Sudah tidak menerapkan hal yang baru lagi.
Dalam tahap implementasi dapat terjadi hal yang yang disebut Reinvention (invensi kembali) yaitu penerapan inovasi dengan mengadakan perubahan atau modifikasi. Jadi penerapan inovasi tetapi tidak sesuai dengan aslinya. Reinvensi bukan berarti tentu hal yang tidak baik, tetapi terjadinya re-invensi dapat merupakan kebijakan dalam pelaksanaan atau penerapan inovasi, dengan mengingat kondisi dan situasi yang ada.
Hal-hal yang memungkinkan terjadinya re-invensi antara lain: inovasi yang sangat komplek dan sukar dimengerti, penerima inovasi kurang dapat memahami inovasi karena sukar untuk menemui agen pembaharu, inovasi yang memungkinkan berbagai kemungkinan aplikasi, apabila inovasi diterapkan untuk memecahkan masalah yang sangat luas, kebanggaan akan inovasi yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu juga dapat menimbulkan re-invensi.
5.    Tahap Konfirmasi
Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang telah diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusannya jika memang diperoleh informasi yang bertentangan dengan informasi semula. Tahap konfirmasi ini sebenarnya berlangsung secara berkelanjutan sejak terjadi keputusan menerima atau menolak inovasi, yang berlangsung dalam waktu yang tak terbatas. Selama dalam tahap konfirmasi seseorang berusaha menghindari terjadinya disonansi atau paling tidak berusaha menguranginya.

 Sistem Informasi Pengetahuan (AKIS) Petani
Van den Ban dan Hawkins (1999) menjelaskan konsep sistem pengetahuan dan informasi pertanian atau Agricultural Knowledge and Information System (AKIS) berguna untuk menganalisis cara - cara yang mendukung petani karena adanya pengetahuan dan informasi. Sistem tersebut dapat didefinisikan sebagai :
“Orang - orang, jaringan - jaringan kerja, dan lembaga - lembaga beserta penyatuan dan hubungan di antara mereka yang mengikutsertakan atau mengatur pembangkitan, transformasi, transmisi, penyimpanan, pemanggilan, integrasi, difusi, serta pemanfaatan pengetahuan dan informasi, dan yang secara potensial bekerja secara sinergis untuk meningkatkan keserasian antara pengetahuan dan lingkungan, dan teknologi yang digunakan dalam pertanian.“
Sistem pengetahuan dan informasi pertanian tersebut dapat berperan dalam membantu petani dengan melibatkannya secara langsung dengan sejumlah besar kesempatan, sehingga mampu memilih kesempatan yang sesuai dengan situasi dan kondisi faktual di lapangan. Peningkatan efektifitas jejaring pertukaran informasi antar pelaku agribisnis terkait merupakan aspek penting untuk mewujudkan sistem pengetahuan dan informasi pertanian.
Gagasan yang melandasi AKIS adalah bahwa petani menggunakan sumber - sumber yang berbeda untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi yang mereka perlukan untuk mengelola usaha tani mereka, dan pengetahuan baru itu dikembangkan tidak hanya oleh lembaga penelitian, tetapi juga oleh banyak pelaku yang berbeda. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk menganalisis bagaimana sumber - sumber ini saling melengkapi dan mendukung satu sama lain, atau mungkin macam - macam konflik yang ada di antara sumber - sumber tersebut.
Sistem Pengetahuan dan Informasi pertanian atau AKIS ini juga menganalisis arus informasi dari petani ke petani lain, ke peneliti, ke pembuat kebijakan dan ke pengusaha. Petani memerlukan pengetahuan dan informasi mengenai berbagai topik untuk mengelola usaha taninya dengan baik, seperti :
1.                  Hasil penemuan dari penelitian berbagai disiplin pengelolaan usaha tani dan teknologi produksi;
2.                  Pengalaman petani lain;
3.                  Situasi mutakhir dan perkembangan yang mungkin terjadi di pasaran input dan hasil -hasil produksi;
4.                  Kebijakan pemerintah.
Untuk menganalisis sistem pengetahuan dan informasi pertanian (AKIS), dapat digunakan analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) terhadap AKIS. Analisis AKIS dapat menjadi tanggung jawab lembaga penyuluhan dan harus dimanfaatkan untuk meningkatkan koordinasi antar para pelaku di dalamnya, misalnya dengan cara mendiskusikan bagaimana tiap organisasi dapat berperan semaksimal mungkin untuk membuat sistem ini lebih efektif. Keberhasilan sistem informasi dapat terwujud apabila dibentuk jaringan kerja diantara para pelaku - pelaku informasi yang bersangkutan dan yang menjadi koordinatornya adalah lembaga penyuluhan.

Sistem Penelitian Pertanian
Sistem penyuluhan pertanian merupakan suatu bentuk/perangkat dari unsur-unsur penyuluhan pertanian yang menghidupkan pengelolaan pertanian secara teratur dan terpadu. Dalam sistem penyuluhan pertanian keterpaduan antar- komponennya itu diarahkan/ditujukan untuk mengubah keadaan petani/nelayan dan keluarganya agar mampu mengelola usahataninya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Komponen-komponen dalam sistem penyuluhan pertanian menurut Slamet (2001) terdiri dari:
1.                  Sasaran penyuluhan, adalah kelompok petani yang merupakan pihak yang terlibat secara langsung dengan proses produksi.
2.                  Penyuluh, merupakan jembatan antara petani dengan sumber-sumber informasi.
3.                  Kelembagaan petani, sebagai wadah kumpulan petani yang terlibat secara langsung dalam kegiatan penyuluhan pertanian.
4.                  Kelembagaan sistem agribisnis, wadah pelaku agribisnis yang tidak hanya berorientasi pada proses produksi, tetapi juga pada penanganan pascapanen dan pemasarannya.
5.                  Lembaga pendidikan, sebagai lembaga yang mempersiapkan penyuluh agar memiliki kemampuan yang lebih tinggi baik dari segi teknik bertani maupun cara penyampaian informasi kepada petani.
6.                  Lembaga penelitian, merupakan lembaga yang menyediakan penemuan-penemuan baru untuk diintroduksikan pada petani.
7.                  Sumber informasi, berupa pihak-pihak yang memiliki informasi yang bermanfaat bagi petani sebagai pengguna informasi, atau bagi pihak lain yang memegang peranan dalam kegiatan penyuluhan pertanian.
            Dalam sistem penyuluhan pertanian, tiap-tiap komponen memiliki fungsi dan peran sendiri-sendiri, namun dalam menjalankan fungsi dan perannya itu harus tercipta suatu kerja sama yang erat sehingga tujuan penyuluhan dapat dicapai
            Dalam kegiatan tersebut mungkin salah satu pihak masih mendominasi pelaksanaan di lapangan, terkait dengan asal pendanaan, tetapi tidak perlu menghalangi keterpaduan tugas dan fungsi kedua pihak. Sejak dari perencanaan, pembagian tugas tadi sudah harus ditentukan, sehingga tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak cukup jelas. Pembentukan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di setiap Propinsi pada tahun 1995 tidak lain dimaksudkan untuk mewadahi keterkaitan dan keterpaduan penelitian dan penyuluhan. Di BPTP tenaga peneliti dicampur atau disatukan dengan tenaga penyuluhan, Kepala BPTP pun sebagian dijabat oleh peneliti dan sebagian oleh tenaga penyuluh, tanpa ada rasa iri hati. Tetapi toh masa depan komposisi penyuluh dan peneliti di BPTP masih menjadi tanda tanya, karena beluma ada ketentuannya. BPTP sebenarnya telah dijadikan model atau contoh oleh Kosorsium Lembaga Penelitian Pertanian Internasional dalam desentralisasi penelitian dan model keterkaitan penelitianpenyuluhan pertanian.

            Dengan cara bekerja bersama-sama antara peneliti-penyuluh yang demikian erat, akan terjadi interaksi yang saling memperkaya wawasan dan pengalaman, sehingga satu pihak tidak akan ?merendahkan? yang lain. Petani toh inginnya memperoleh informasi dan teknologi yang dapat meningkatkan keuntungan usahataninya, tidak memperhatikan dari siapapun asalnya. Harapan petani tersebut tentunya harus menjadi dasar penyusunan kegiatan bagi peneliti dan penyuluh. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar