photo IKLAN_zps0bd7cdbd.png

Minggu, 16 Juni 2013

FOREIGN EXCHANGE MARKET (FEM)

Sejarah Perkembangan Mata Uang
Mata uang tunggal global dalam sejarah perekonomian dunia sebenarnya bukanlah hal yang baru, melainkan merupakan sistem yang telah berlaku sejak perdagangan global kuno. Uang pertama kali digunakan dalam perdagangan antarnegara pada 700-an sebelum Masehi, yaitu perdagangan antara kerajaan kuna yaitu Assyria dengan Lydia. Kedua kerajaan tersebut terletak di lembah sungai Euphrat dan Tigris. Sejak saat itu bangsa-bangsa lain di dunia mulai menggunakan uang dalam perdagangannya sehari-hari.
Mata uang pada masa sebelum Masehi terbuat dari bahan kulit binatang, kulit kerang, baru mulia, gigi dan sebagainya. Uang logam pertama diperkenalkan di Eropa tepatnya di kerajaan Romawi. Para kafilah dagang Arab pra-Islam pada waktu berdagang dengan negara-negara eropa telah menggunakan mata uang logam yaitu denarius (emas) dan drachma (perak)
Penggunaan mata uang emas dan perak ini masih umum dalam perdagangan antarnegara hingga masa merkantilisme. Masa Adam Smith di Inggris, mata uang emas dan perak juga masih berlaku. Namun penggunaan uang logam lama kelamaan mulai surut karena dianggap tidak praktis lagi dengan kompleknya hubungan ekonomi antarnegara.
Maka mulailah muncul pemikiran membuat mata uang yang lebih praktis yaitu uang kertas. Uang pada masa itu hanya berfungsi sebagai alat pengukur nilai dan alat tukar dalam perekonomian, sehingga perdagangan dunia berjalan lancar tanpa adanya flutuasi nilai uang yang dikarenakan perilaku spekulasi dalam valas. Karena uang yang berlaku dalam perdagangan internasional pada waktu itu hanya mata uang emas dan perak. Dan mata uang ini berlaku di setiap negara atau menjadi mata uang tunggal saat itu.
Maka mulailah muncul pemikiran membuat mata uang yang lebih praktis yaitu uang kertas. Uang pada masa itu hanya berfungsi sebagai alat pengukur nilai dan alat tukar dalam perekonomian, sehingga perdagangan dunia berjalan lancar tanpa adanya flutuasi nilai uang yang dikarenakan perilaku spekulasi dalam valas. Karena uang yang berlaku dalam perdagangan internasional pada waktu itu hanya mata uang emas dan perak. Dan mata uang ini berlaku di setiap negara atau menjadi mata uang tunggal saat itu.
Emas dan perak pada era ekonomi moderen memang tidak lagi digunakan sebagai mata uang, tetapi pencetakan uang tetap dikaitkan dengan emas. Era emas berakhir 1971 setelah Amerika Serikat (AS) mengingkari kesepakatan Bretton Woods pada 1944. Isi kesepakatannya adalah AS berjanji mendukung Dolar-nya dengan emas. Dengan kesepakatan ini, maka siapapun yang memegang Dolar AS dapat menukarnya dengan emas.
Alasan terselubung mengapa AS membatalkan secara sepihak kesepakatan Bretton Woods adalah karena jumlah Dolar AS yang beredar di luar negeri sangat banyak dan tidak sebanding dengan cadangan emasnya, sehingga apabila terjadi penukaran Dolar AS dengan emas secara besar-besaran tidak akan cukup. Dampaknya Dolar AS akan jatuh dan perekonomian AS akan dilanda krisis. Di sisi lain AS berharap mata uangnya akan mendominasi perekonomian dunia karena memang Dolar AS saat itu telah banyak beredar di luar negeri. Siasat ini sebenarnya merupakan model imperialisme baru dengan mengunakan kekuatan rejim moneter.
Sejak bubarnya kesepakatan Bretton Woods tersebut memang Dolar AS mulai mendominasi sebagai alat tukar internasional. Strategi ini sangat berhasil mendominasi perekonomian dunia dengan memaksakan Dolar AS sebagai alat tukar internasional, khususnya kepada negara-negara berkembang. Imperialisme Dolar AS telah terbukti menghancurkan perekonomian negara-negara yang tidak tunduk pada negara adi daya itu, seperti Mexico, negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia yang mengalami krisis moneter pada 1997.
Stabilitas nilai tukar uang sekarang ini menjadi sumber permasalahan utama dalam perekonomian. Puncak masalah yang pernah terjadi adalah krisis keuangan global pada akhir 2008. Krisis ini telah memporakporandakan perekonomian dunia, khususnya Amerika Serikat, si pengkhianat kesepakatan Bretton Woods. Mungkin ini merupakan hukum karma bagi Amerika Serikat atas pengkhianatan tersebut.
Ancaman jahatnya fluktuasi nilai tukar uang tersebut sampai membuat Bank Indonesia menjadikan menjaga stabilitas rupiah sebagai tujuan utamanya. Walaupun untuk mencapai tujuan tersebut terkadang dengan menganaktirikan (baca mengorbankan) sektor ekonomi lainnya.
Krisis finansial global di akhir 2008 tersebut, kalau dicermati, lebih disebabkan pengingkaran terhadap khitah fungsi uang. Fungsi uang sebagai alat tukar dan pengukur nilai telah diingkari dengan mengubahnya menjadi komoditi dan ajang maisir dan gharar. Dampaknya adalah pelaku ekonomi kurang tertarik pada ekonomi sektor riil, dan uang lebih banyak berputar di sektor finansial sehingga terjadi ketidakseimbangan antara kedua sektor tersebut. Karena keuntungan di sektor finansial lebih tinggi walaupun dengan risiko lebih tinggi pula. Dampak selanjutnya adalah krisis sosial ekonomi yang akan sulit dipecahkan. Ancaman krisis tersebut dapat dihindari dengan cara memberlakukan mata uang tunggal global.
Mata uang tunggal global tidak harus menggunakan dinar dan dirham seperti pada masa lalu. Melainkan mata uang tunggal global yang berlaku dimana saja. Uang dapat terbuat dari dari bahan apa saja bukan merupakan permasalahan, asalkan bahan uangnya memenuhi syarat sebagai bahan mata uang yaitu memiliki nilai tertentu atau ditentukan, tidak mudah rusak, mudah dibawa dan jika didistribusikan atau dibagi tidak merusak nilainya.
Apabila mata uang tunggal global diberlakukan, maka hubungan ekonomi, perdagangan dan harga-harga akan lebih ditentukan oleh produktivitas, efisiensi dan kualitas. Perencanaan ekonomi dan bisnis tidak perlu lagi mengasumsikan berapa nilai tukar valas khususnya pada hard currency, sehinga kepastian nilai dan harga baik ekspor maupun impor lebih mudah diestimasi. Untung atau rugi karena fluktuasi kurs mata uang tidak akan terjadi lagi dan mobilitas antarnegara akan mudah dan murah. Dalam kondisi yang demikian, ekonomi dunia akan dinamis dan lebih efisien serta uang akan kembali pada kitah-nya.
Penerapan uang tunggal global tentu tidak akan mudah tetapi pasti akan mendapat tentangan dari negara pemilik hard currency seperti Dolar AS dan Poundsterling Inggris, serta para spekulan valas juga akan menolak keras. Sedangkan negara-negara yang mata uangnya tergolong soft currency sangat mungkin akan lebih mudah menerima. Mereka selama ini merasa ekonominya selalu menjadi bulan-bulanan dan dihegomoni oleh hard currency. Penyamaan persepsi inilah yang akan menjadi hambatan terberat dalam penerapan uang tunggal global. Namun, walaupun berat tetapi harus dimulai jika tidak ingin terjadi krisis demi krisis yang semakin cepat dan tanpa terduga.
Dunia mestinya belajar dari kesuksesan Euro sebagai mata uang tunggal di Uni Eropa dan keegoisan Inggris yang tidak mau ikut dalam Euro. Euro yang dalam perjalanannya mampu mengalahkan Dolar AS dan Poundsterling Inggris. Apabila negara pemilik hard currency menghambat sebaiknya ditinggal saja, seperti saat Uni Eropa memberlakukan Euro dengan meninggalkan Inggris. Biarkan saja mereka berpikir tidak memerlukan mata uang tunggal global karena merasa kuat dan takut akan kehilangan hegemoni ekonominya, paling nanti nasibnya akan sama seperti Poundsterling Inggris.
Penerapan uang tunggal global harus diawali dengan penyamaan persepsi diantara negara-negara di dunia, kemudian membentuk badan internasional yang memiliki otoritas dalam pemberlakuannya, baik menyangkut jumlah, penjatahan, distribusi, nilai nominal, bahan uang dan sebagainya. Yang jelas penerapan uang tunggal global ini bukan nerupakan permasalahan yang mudah, serta mungkin butuh waktu persiapan yang lama maupun biaya yang tidak murah.

Mata Uang Tunggal ASEAN

 ASEAN belum akan menerapkan mata uang tunggal seperti euro yang diterapkan oleh Uni Eropa (UE). ASEAN dan UE berbeda, ASEAN tidak memiliki standar ekonomi untuk diterapkan ke masing-masing negara anggota seperti yang dilakukan oleh UE sebagai bentuk kesatuan (union), ASEAN masih berbentuk asosiasi.

Sulit bagi ASEAN untuk menerapkan satu mata uang tunggal karena perbedaan kondisi ekonomi dalam negara-negara ASEAN yang sangat besar. lebih mudah untuk menggunakan satu mata uang yang dominan di kawasan Asia Timur seperti yen atau yuan untuk digunakan sebagai mata uang alternatif selain dolar yang selama ini digunakan dalam transaksi ekonomi. ASEAN akan memiliki mata uang yang sama saat ASEAN melakukan semua bisnis dengan negara tetangga, namun saat ini ASEAN melakukannya dengan Tiongkok dan Jepang. Jadi yang diperlukan ASEAN sebenarnya bukan mata uang tunggal tapi mata uang yang sama dalam perdagangan sehingga tidak perlu membeli dolar AS.

Masa Depan ASEAN dengan Mata Uang Tunggal (Single Currency)

Sejarah Sistem Moneter Internasional

Sistem moneter internasional memiliki sejarah yang panjang. Dimulai dari sistem standar emas, system ini lahir bukan karena hasil prakarsa seseorang, melainkan hasil evolusi praktek-praktek transaksi ekonomi internasional atau transaksi-transaksi pembayaran antar negara, sehingga tidak mungkin ditetapkan dengan pasti kapan system standar emas dunia mulai berfungsi. Walaupun demikian para sejarahwan dunia menganggap bahwa system standar emas dimulai sekitar tahun 1870, yang ditandai dengan ditetapkannya nilai poundsterling dengan emas oleh pemerintah Inggris. Dengan dibentuknya sistem keuangan berstandar emas pada 1870 menandai salah satu kejadian penting dalam sejarah pasar mata uang. Sebelum standar emas diberlakukan, negara-negara di dunia menggunakan emas dan perak sebagai alat pembayaran internasional.
Sistem standar emas mulai runtuh di awal Perang Dunia I. Sehubungan dengan ketegangan politik yang terjadi di Eropa, maka negara-negara di Eropa membuat proyek-proyek militer raksasa. Akan tetapi, dengan adanya pembangunan proyek-proyek tersebut mengakibatkan beban finansial yang sangat besar. Sehingga pada saat itu negara-negara di Eropa tidak mempunyai cukup emas untuk menutupi beban financialnya. Meskipun system standar emas sempat kembali setelah PD I, banyak negara akhirnya mengabaikannya lagi saat pecah Perang Dunia II. Sebelum Perang Dunia II berakhir, negara-negara sekutu melihat adanya kebutuhan untuk memperbaiki sistem keuangan yang porak-poranda akibat perang dan dicampakkannya sistem standar emas. Pada Juli 1944, lebih dari 700 perwakilan dari negara sekutu berkumpul di Bretton Woods, New Hampshire. Pertemuan tersebut menghasilkan apa yang sekarang disebut dengan Sistem Bretton Woods.
Salah satu fungsi utama Bretton Woods adalah USD menggantikan emas sebagai standar utama pertukaran mata uang dunia. Bretton Woods System juga mengijinkan negara bertindak sesuai dengan kebijakan moneter yang diinginkan dalam rangka menciptakan perekonomian yang lebih stabil dan kondusif. Kebijakan politik ini mencakup menaikkan dan menurunkan suku bunga, serta menekan pengangguran. Akan tetapi di sisi lain sangat berisiko mengundang inflasi sekaligus menurunkan kuota investasi jangka panjang dan cenderung menerbitkan investasi yang bersifat jangka pendek yang rentan menciptakan ketidakstabilan ekonomi antar negara.

Sistem Moneter Internasional Dan Globalisasi
Awal tahun 1970-an, cadangan emas US sudah sangat menipis sehingga tidak bisa lagi menutupi seluruh dollar yang disimpan di bank-bank asing. Akhirnya, pada tanggal 15 Agustus 1971, US mengumumnkan kepada dunia bahwa tidak akan ada lagi pertukaran emas untuk dollar. Hal ini menjadi tanda berakhirnya Bretton Woods. Setelah Bretton Woods runtuh, dunia akhirnya menerima penggunaaan nilai tukar mengambang melalui Jamaica Agreement tahun 1976. Tapi ini bukan berarti bahwa negara-negara di dunia mengadopsi secara murni sistem nilai tukar mengambang yang bebas. Kebanyakan negara-negara di dunia  menerapkan salah satu dari tiga sistem nilai tukar berikut:
  1. Dollarization. Dollarization diterapkan apabila negara yang bersangkutan tidak bermasalah untuk menggantikan mata uangnya dengan mata uang negara lain. Dollarization biasanya membuat sebuah negara terlihat lebih stabil untuk tempat investasi, tapi bank sentral negara yang bersangkutan tidak bisa lagi mencetak uang dan membuat kebijakan keuangan. Contoh dollarization adalah penggunaan USD di El Savador.
  2. Pegged rate. Pegged rate terjadi saat sebuah negara secara langsung menetapkan nilai tukarnya terhadap mata uang asing sehingga negara itu punya stabilitas yang lebih dari pada menggunakan normal float. Sebagai contoh, Cina menetapkan nilai Yuan terhadap USD adalah 8.28 yuan per dollar antara 1997 dan juli 2005. Kerugiannya adalah nilai mata uang bergantung pada kondisi ekonomi mata uang yang di-pegged.
  3. Managed floating rate. Nilai tukar mata uang diperbolehkan berubah sesuai dengan permintaan dan penawaran yang terjadi dipasar. Akan tetapi, bank sentral boleh mengintervensi untuk menstabilkan fluktuasi nilai tukar yang ekstrim. 
System moneter internasional pasca System Bretton Woods menghadapi tantangan yang sangat besar, dengan semakin pesatnya perkembangan ekonomi dunia dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi dan informasi membuat perekonomian dunia semakin terintegrasi secara global sehingga arus modal, barang dan jasa semakin meningkat antar negara. Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.

Globalisasi perekonomian dunia tidak hanya menyebabkan terjadinya kompleksitas dan persaingan yang semakin meningkat, tetapi juga mendorong terciptanya kerjasama di bidang ekonomi antar negara atau kawasan regional karena alasan kesamaan sejarah, atau karena alasan ekonomi atau juga karena alasan social, budaya serta politik. Salah satu bentuk kerjasama dibidang ekonomi antar negara atau kawasan regional adalah dengan menciptakan integrasi ekonomi.

sumber : modul matakuliah perdagangan internasional, Agribisnis UNPAD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar