photo IKLAN_zps0bd7cdbd.png

Minggu, 16 Juni 2013

EKONOMI POLITIK & KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Peran perdagangan internasional
Dalam konteks perekonomian terbuka  perdagangan internasional dalam hal ini adalah expor dan impor  dan aliran dana antar negara menjadi sesuatu yang tidak dapat dinafikan peranannya dalam pemberian kontribusi bagi pertumbuhan.
Perdagangan dapat menjadi mesin bagi pertumbuhan (trade as engine of growth, Salvatore, 2004). Jika aktifitas perdagangan internasional adalah ekspor dan impor, maka salah satu dari komponen tersebut atau kedua-duanya dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan Indonesia mulai menetapkan kebijakan yang berupa export promotion pada awal tahun 1980-an hal ini berarti kebijakan tersebut menjadikan ekspor sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan.
Ketika perdagangan internasional menjadi pokok bahasan, tentunya perpindahan modal antar negara menjadi bagian yang penting. Ketika terjadi perdagangan internasional yang berupa ekspor dan impor, akan memunculkan kemungkinan untuk memindahkan tempat produksi.

Perdagangan internasional & spesialisasi
Perdagagangan internasional mendorong masing-masing Negara kearah spesialisasi dalam produksi barang di mana Negara tersebut memiliki keunggulan komperatifnya.
Dalam kasus constant-cost, akan terjadi spesialisasi produksi yang penuh, sedangkan dalam kasus increasing-cost terjadi spesialisasi yang tidak penuh.
Yang perlu diingat disini adalah spesialisasi itu sendiri tidak membawa manfaat kepada masyarakat kecuali apabila disertai kemungkinan menukarkan hasil produksinya dengan barang-barang lain yang dibutuhkan

 Alasan yang membuat spesialisasi tidak selalu bermanfaat
·         Ketidakstabilan pasar luar negeri
·         Spesialisasi biasa meningkatkan pendapatan riil masyarakat secara maksimal, tetapi dengan resiko ketidakstabilan pendapatan tetapi dengan konsekuensi harus mengorbankan sebagian dari kenaikan pendapatan dari spesialisasi.
·         Keamanan nasional
·         pola produksi seperti yang didiktekan oleh keunggulan komperatif tidak harus selalu diikuti apabila ternyata kelangsungan hidup negara itu sendiri sama sekali tidak terjamin
·         Dualisme

Transformasi ekonomi di negara berkembang
Pada umumnya transformasi di negara berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri atau terjadinya transformasi dari sektor primer kepada sektor non primer (sekunder atau tersier).
Seperti pada Gambar berikut ini : menggambarkan pola perubahan kontribusi sektoral terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto Regional dalam jangka panjang (Hasil  study Chenary & Syrquin).



 Gambar 7. Perubahan Struktur Ekonomi Dalam Proses Pembangunan Ekonomi

Pada Gambar terlihat bahwa kontribusi output dari sektor primer terhadap PDB semakin mengecil sedangkan pangsa produk dari PDB sektor sekunder dan tersier mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan pendapatan nasional.
Transformasi ekonomi menunjukkan terjadinya peralihan kegiatan ekonomi dari perekonomian tradisional ke perekonomian modern.

Sektor Ekonomi Indonesia
Soekirno (2006) menjelaskan bahwa berdasarkan lapangan usaha maka sektor-sektor ekonomi dalam perekonomian Indonesia dibedakan dalam 3 kelompok utama yaitu :
·         Sektor Primer terdiri dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan dan penggalian.
·         Sektor Sekunder terdiri dari pengolahan, listrik, gas dan  air, bangunan.
·         Sektor tersier terdiri dari perdagangan, hotel, restauran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan, jasa-jasa lainnya (termsuk pemerintahan).

Teori Dependensi
Dependensi (ketergantungan) merujuk kepada menggantungkan nasib secara berlebihan kepada negara lain. Teori ketergantungan menggunakan teori-teori ekonomi dan politik untuk menjelaskan bagaimana proses perdagangan internasional dan pembangunan domestik membuat sejumlah negara berkembang menjadi lebih bergantung secara ekonomi kepada negara maju.
Komoditi yang dijual negara berkembang adalah komoditi bernilai ekonomi rendah, sementara yang dijual negara maju adalah komoditas yang bernilai ekonomi tinggi, sehingga terjadi ketimpangan. Belum lagi adanya proteksi dari negara maju terhadap produk pertaniannya

Sebab munculnya dependensi di negara sedang berkembang
Sebagian terbesar (sekitar 80%) penduduk di negara-negara dunia ketiga tinggal di daerah perdesaan. Mereka umumnya (sekitar 66%) bekerja di sektor pertanian. Padahal sumbangan sektor pertanian terhadap produk nasional kotor (GDP) hanya 32%. Umumnya perekonomian di negara-negara yang sedang berkembang berorientasi pada produksi bahan-bahan pokok sebagai saingan dari kegiatan-kegiatan produk sekunder (industri) dan tersier (jasa). Komoditi pokok ini merupakan ekspor yang penting ke negara lain.
Teori ketergantungan merujuk kepada hubungan dan jaringan antara wilayah dan ekonomi maju dan berkembang. Teori ketergantungan melihat ketertinggalan pembangunan sebagai hasil dari ketidakseimbangan hubungan kekuasaan antara negara maju yang kapitalis dengan negara miskin Negara maju yang berkuasa mendominasi negara miskin melalui aliran dana yang dipinjamkannya.

Model Strukturalis Internasional
Teori ketergantungan merupakan bagian dari “model-model strukturalis internasional”, yang secara esensial memandang negara-negara dunia ketiga sebagai benda yang diatur oleh kekakuan struktur ekonomi dan institusional serta terperangkap dalam suasana ‘ketergantungan’ dan ‘dominasi’ terhadap negara-negara kaya.
Terdapat dua jalur dalam model strukturalis internasional ini yaitu model dependensi ‘neo-kolonial’ dan model ‘paradigma tiruan/palsu’.
·         Model dependensi neo-kolonial  : Eksistensi dan memelihara keterbelakangan dunia ketiga, terutama sekali terhadap evolusi historis mengenai sistem kapitalis internasional yang betul-betul tidak sama dalam hubungan negara-negara kaya dan negara-negara miskin.
·         Model paradigma tiruan/palsu : Negara maju/donor memberikan konsep-konsep yang besar, struktur teoritikal yang baik dan model-model ekonometrik yang kompleks mengenai pembangunan yang seringkali menimbulkan kekurangsesuaian atau menimbulkan kebijakan-kebijakan yang keliru karena faktor-faktor institusional dan struktural.

Kebijakan Perdagangan Di Negara-Negara Berkembang
 Tujuan dasar kebijakan perdagangan di Negara Berkembang (krugman)
·      Memajukan industrialisasi
·      Mengatasi masalah kondisi pembangunan yang tak merata di dalam perekonomian domestik
·      Berupaya untuk melepaskan hubungan ekonomi yg tidak adil atau eksploitatif dengan negara maju

Strategi Industri Subsitusi Impor
Strategi pembangunan industri yang berorientasi pada produk pengganti impor untuk pasar dalam negeri dengan argumentasi sbb:
·      Konsumen dalam negeri yg relatif banyak
·      Mendorong pertumbuhan industri dalam negeri yang baru lahir
·      Menghemat devisa
·      Melindungi dengan tarif dan kuota impor
·      Meningkatkan value added manufacturing

Dampak Industrialisasi subsitusi impor
Kebijakan ini memajukan sektor manufaktur tetapi tidak memberikan keuntungan yg diharapkan dalam pertumbuhan ekonomi dan perbaikan taraf hidup masyarakat terlalu banyak membebankan biaya dan menciptakan pola produksi yg tidak efisien.
·  Dualisme ekonomi
·  Sektor industri dengan upah tinggi dan padat modal
·  Sektor tradisional (pertanian) dengan upah dan produktivitas rendah
·  Sehingga menyebabkan pengangguran di perkotaan

Strategi  Industri Promosi Ekspor
Strategi pembangunan industri yang berorientasi pada produk ekspor untuk pasar luar negeri, dgn argumentasi sebagai berikut:
·  Jumlah konsumen dalam negeri relatif sedikit
·  Meningkatkan value added manufacturing
·  Meningkatkan penerimaan devisa
Berdasarkan studi empiris yang dilakukan IMF terbukti bahwa negara yang sedang berkembang yang memilih Strategi Industri Promosi Ekspor memiliki pertumbuhan perekonomian yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara yang menggunakan Strategi Industri Subsitusi Impor.

Kebijakan Perdagangan Strategis Di Negara-Negara Maju
 Kebijakan perdagangan strategis
Suatu upaya meningkatkan kinerja perekonomian dengan cara aktif dalam mempromosikan sektor ekspor tertentu dan mengurangi impor pada sektor tertentu.
Kriteria populer yang digunakan sebagai landasan pembenaran penerapan kebijakan perdagangan strategis :
·  Nilai tambah pekerja yang tinggi
·  Berupah tinggi
·  Teknologi tinggi
Namun, argumen ini dinilai kurang masuk akal, argumen pro kebijakan perdagangan strategis yang banyak menarik pakar ekonomi internasional bahwa pemerintah harus berusaha mendorong industri – industri yang menghasilkan eksternalitas teknologis.
Analisis brander spencer, yg menekankan perlunya pemerintah untuk membantu perusahaan domestik meningkatkan keuntungan dgn menekan perusahaan asing yg menjadi pesaing.

Penilaian atas dampak kebijakan perdagangan strategis
·  Pangsa pasar yg berhasil dikuasai
·  Tingkat pertumbuhan industri yg berhasil dicapai

·  Analisis biaya manfaat

sumber : modul matakuliah perdagangan internasional, Agribisnis UNPAD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar