Peran
perdagangan internasional
Dalam konteks
perekonomian terbuka perdagangan
internasional dalam hal ini adalah expor dan impor dan aliran dana antar negara menjadi sesuatu
yang tidak dapat dinafikan peranannya dalam pemberian kontribusi bagi
pertumbuhan.
Perdagangan dapat
menjadi mesin bagi pertumbuhan (trade as
engine of growth, Salvatore, 2004). Jika aktifitas perdagangan
internasional adalah ekspor dan impor, maka salah satu dari komponen tersebut
atau kedua-duanya dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan Indonesia
mulai menetapkan kebijakan yang berupa export promotion pada awal tahun 1980-an
hal ini berarti kebijakan tersebut menjadikan ekspor sebagai motor penggerak
bagi pertumbuhan.
Ketika perdagangan
internasional menjadi pokok bahasan, tentunya perpindahan modal antar negara
menjadi bagian yang penting. Ketika terjadi perdagangan internasional yang
berupa ekspor dan impor, akan memunculkan kemungkinan untuk memindahkan tempat
produksi.
Perdagangan
internasional & spesialisasi
Perdagagangan
internasional mendorong masing-masing Negara kearah spesialisasi dalam produksi
barang di mana Negara tersebut memiliki keunggulan komperatifnya.
Dalam kasus
constant-cost, akan terjadi spesialisasi produksi yang penuh, sedangkan dalam
kasus increasing-cost terjadi spesialisasi yang tidak penuh.
Yang perlu diingat
disini adalah spesialisasi itu sendiri tidak membawa manfaat kepada masyarakat
kecuali apabila disertai kemungkinan menukarkan hasil produksinya dengan
barang-barang lain yang dibutuhkan
Alasan
yang membuat spesialisasi tidak selalu bermanfaat
·
Ketidakstabilan
pasar luar negeri
·
Spesialisasi
biasa meningkatkan pendapatan riil masyarakat secara maksimal, tetapi dengan
resiko ketidakstabilan pendapatan tetapi dengan konsekuensi harus mengorbankan
sebagian dari kenaikan pendapatan dari spesialisasi.
·
Keamanan
nasional
·
pola
produksi seperti yang didiktekan oleh keunggulan komperatif tidak harus selalu
diikuti apabila ternyata kelangsungan hidup negara itu sendiri sama sekali
tidak terjamin
·
Dualisme
Transformasi
ekonomi di negara berkembang
Pada umumnya
transformasi di negara berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke
sektor industri atau terjadinya transformasi dari sektor primer kepada sektor
non primer (sekunder atau tersier).
Seperti pada Gambar
berikut ini : menggambarkan pola perubahan kontribusi sektoral terhadap
pembentukan Produk Domestik Bruto Regional dalam jangka panjang (Hasil study Chenary & Syrquin).
Gambar
7. Perubahan
Struktur Ekonomi Dalam Proses Pembangunan Ekonomi
Pada Gambar terlihat
bahwa kontribusi output dari sektor primer terhadap PDB semakin mengecil
sedangkan pangsa produk dari PDB sektor sekunder dan tersier mengalami
peningkatan seiring dengan peningkatan pendapatan nasional.
Transformasi ekonomi
menunjukkan terjadinya peralihan kegiatan ekonomi dari perekonomian tradisional
ke perekonomian modern.
Sektor
Ekonomi Indonesia
Soekirno (2006)
menjelaskan bahwa berdasarkan lapangan usaha maka sektor-sektor ekonomi dalam
perekonomian Indonesia dibedakan dalam 3 kelompok utama yaitu :
·
Sektor
Primer terdiri dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan,
pertambangan dan penggalian.
·
Sektor
Sekunder terdiri dari pengolahan, listrik, gas dan air, bangunan.
·
Sektor
tersier terdiri dari perdagangan, hotel, restauran, pengangkutan dan
komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan, jasa-jasa lainnya (termsuk
pemerintahan).
Teori
Dependensi
Dependensi
(ketergantungan) merujuk kepada menggantungkan nasib secara berlebihan kepada
negara lain. Teori ketergantungan menggunakan teori-teori ekonomi dan politik
untuk menjelaskan bagaimana proses perdagangan internasional dan pembangunan
domestik membuat sejumlah negara berkembang menjadi lebih bergantung secara
ekonomi kepada negara maju.
Komoditi yang dijual
negara berkembang adalah komoditi bernilai ekonomi rendah, sementara yang
dijual negara maju adalah komoditas yang bernilai ekonomi tinggi, sehingga
terjadi ketimpangan. Belum lagi adanya proteksi dari negara maju terhadap
produk pertaniannya
Sebab
munculnya dependensi di negara sedang berkembang
Sebagian terbesar
(sekitar 80%) penduduk di negara-negara dunia ketiga tinggal di daerah
perdesaan. Mereka umumnya (sekitar 66%) bekerja di sektor pertanian. Padahal
sumbangan sektor pertanian terhadap produk nasional kotor (GDP) hanya 32%. Umumnya
perekonomian di negara-negara yang sedang berkembang berorientasi pada produksi
bahan-bahan pokok sebagai saingan dari kegiatan-kegiatan produk sekunder
(industri) dan tersier (jasa). Komoditi pokok ini merupakan ekspor yang penting
ke negara lain.
Teori ketergantungan
merujuk kepada hubungan dan jaringan antara wilayah dan ekonomi maju dan
berkembang. Teori ketergantungan melihat ketertinggalan pembangunan sebagai
hasil dari ketidakseimbangan hubungan kekuasaan antara negara maju yang
kapitalis dengan negara miskin Negara maju yang berkuasa mendominasi negara
miskin melalui aliran dana yang dipinjamkannya.
Model
Strukturalis Internasional
Teori ketergantungan
merupakan bagian dari “model-model strukturalis internasional”, yang secara
esensial memandang negara-negara dunia ketiga sebagai benda yang diatur oleh
kekakuan struktur ekonomi dan institusional serta terperangkap dalam suasana
‘ketergantungan’ dan ‘dominasi’ terhadap negara-negara kaya.
Terdapat dua jalur
dalam model strukturalis internasional ini yaitu model dependensi ‘neo-kolonial’
dan model ‘paradigma tiruan/palsu’.
·
Model
dependensi neo-kolonial : Eksistensi dan
memelihara keterbelakangan dunia ketiga, terutama sekali terhadap evolusi
historis mengenai sistem kapitalis internasional yang betul-betul tidak sama
dalam hubungan negara-negara kaya dan negara-negara miskin.
·
Model
paradigma tiruan/palsu : Negara maju/donor memberikan konsep-konsep yang besar,
struktur teoritikal yang baik dan model-model ekonometrik yang kompleks
mengenai pembangunan yang seringkali menimbulkan kekurangsesuaian atau
menimbulkan kebijakan-kebijakan yang keliru karena faktor-faktor institusional
dan struktural.
Kebijakan
Perdagangan Di Negara-Negara Berkembang
Tujuan
dasar kebijakan perdagangan di Negara Berkembang (krugman)
·
Memajukan
industrialisasi
·
Mengatasi
masalah kondisi pembangunan yang tak merata di dalam perekonomian domestik
·
Berupaya
untuk melepaskan hubungan ekonomi yg tidak adil atau eksploitatif dengan negara
maju
Strategi
Industri Subsitusi Impor
Strategi pembangunan
industri yang berorientasi pada produk pengganti impor untuk pasar dalam negeri
dengan argumentasi sbb:
·
Konsumen
dalam negeri yg relatif banyak
·
Mendorong
pertumbuhan industri dalam negeri yang baru lahir
·
Menghemat
devisa
·
Melindungi
dengan tarif dan kuota impor
·
Meningkatkan
value added manufacturing
Dampak
Industrialisasi subsitusi impor
Kebijakan ini
memajukan sektor manufaktur tetapi tidak memberikan keuntungan yg diharapkan
dalam pertumbuhan ekonomi dan perbaikan taraf hidup masyarakat terlalu banyak
membebankan biaya dan menciptakan pola produksi yg tidak efisien.
· Dualisme ekonomi
· Sektor industri dengan upah tinggi dan padat modal
· Sektor tradisional (pertanian) dengan upah dan
produktivitas rendah
· Sehingga menyebabkan pengangguran di perkotaan
Strategi Industri Promosi Ekspor
Strategi pembangunan
industri yang berorientasi pada produk ekspor untuk pasar luar negeri, dgn
argumentasi sebagai berikut:
· Jumlah konsumen dalam negeri relatif sedikit
· Meningkatkan value added manufacturing
· Meningkatkan penerimaan devisa
Berdasarkan studi
empiris yang dilakukan IMF terbukti bahwa negara yang sedang berkembang yang
memilih Strategi Industri Promosi Ekspor memiliki pertumbuhan perekonomian yang
lebih tinggi dibandingkan dengan negara yang menggunakan Strategi Industri
Subsitusi Impor.
Kebijakan
Perdagangan Strategis Di Negara-Negara Maju
Kebijakan
perdagangan strategis
Suatu upaya meningkatkan kinerja perekonomian dengan cara
aktif dalam mempromosikan sektor ekspor tertentu dan mengurangi impor pada
sektor tertentu.
Kriteria populer yang digunakan sebagai landasan
pembenaran penerapan kebijakan perdagangan strategis :
· Nilai tambah pekerja yang tinggi
· Berupah tinggi
· Teknologi tinggi
Namun, argumen ini
dinilai kurang masuk akal, argumen pro kebijakan perdagangan strategis yang
banyak menarik pakar ekonomi internasional bahwa pemerintah harus berusaha
mendorong industri – industri yang menghasilkan eksternalitas teknologis.
Analisis brander
spencer, yg menekankan perlunya pemerintah untuk membantu perusahaan domestik
meningkatkan keuntungan dgn menekan perusahaan asing yg menjadi pesaing.
Penilaian
atas dampak kebijakan perdagangan strategis
· Pangsa pasar yg berhasil dikuasai
· Tingkat pertumbuhan industri yg berhasil dicapai
· Analisis biaya manfaat
sumber : modul matakuliah perdagangan internasional, Agribisnis UNPAD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar