photo IKLAN_zps0bd7cdbd.png

Rabu, 19 Juni 2013

Model-model Penyuluhan

Model Penyuluhan Top Down

Pada awalnya, semua pembangunan pertanian dan pedesaan diatur oleh pemerintah pusat. Rembug desa hanyalah formalitas dan masyarakat desa kurang dilibatkan dalam proses awal perencanaa, pelaksanaa, monitoring dan evaluasi. Semua serba seragam tetapi tidak ada dinamika demokrasi yang menumbuhkan partisipasi, kemandirian dan rasa memiliki.

Kelemahan metode penyuluhan pertanian top down yang ada sekarang ini adalah sebagai berikut :

1)     Penyuluh sering memandang dirinya sebagai pakar, bukan sebagai fasilitator yang memotivasi pengembangan teknologi spesifik lokalita. Hubungan petani – penyuluh menyerupai komunikasi antara guru dan siswa, padahal seharusnya hubungan mereka atas dasar kemitraan

2)     Penyuluh kurang menyadari bahwa kehadiran teknologi baru seharusnya sebagai pelengkap dari sistem teknologi setempat yang sudah ada, tanpa harus menggusurnya.masuknya teknologi baru tidak berarti memarjinalkan teknologi tradisional lokal yang sudah ada, karnea belum tentu teknologi baru membawa banyak  manfaat untuk masa sekarang dan masa mendatang

3)     Penyuluh kebanyakan hanya mendapatkan pelatihan teknis pertanian tanpa dibekali pengetahuan manajemen perubahan psikologi social akibat inovasi teknologi baru

4)     Penyuluh kurang mendapatkan gaji dan insentif yang memadai sehingga peran dan kinerjanya dalam memebrdayakan masyarakat tani yang menjadi binaanya menjadi tidak optimal

Model Penyuluhan Bottom Up ( Penyuluhan Partisipatif )

Penyuluhan partisipatif merupakan pendekatan penyuluhan dari bawah ke atas (bottom up) untuk memberikan kekuasaan kepada petani agar dapat mandiri, yaitu kekuasaan dalam peran, keahlian, dan sumberdaya untuk mengkaji desanya sehingga tergali potensi yang terkandung, yang dapat diaktualkan, termasuk permasalahan yang ditemukan (Suwandi, 2006).
Penyuluhan pertanian partisipatif yaitu masyarakat berpartisipasi secara interaktif, analisis-analisis dibuat secara bersama yang akhirnya membawa kepada suatu rencana tindakan. Partisipasi disini menggunakan proses pembelajaran yang sistematis dan terstruktur melibatkan metode-metode multidisiplin, dalam hal ini kelompok ikut mengontrol keputusan lokal (BBPP Lembang). Berdasarkan atas UU SP3K pasal 26 ayat 3, dikatakan bahwa "Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif melalui mekanisme kerja dan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan pelaku usaha".
Dengan pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif, para penyuluh pertanian akan termotivasi untuk menggali keberadaan sumber informasi pertanian setempat yang mudah diakses oleh yang memerlukan, baik penyuluh maupun petani. Pelatihan juga akan mendorong inisiatif positif para penyuluh pertanian dan petani, melalui pendekatan partisipatif untuk mendapatkan solusi permasalahan usahatani di lapangan (BBPP Lembang, 2009).

Tabel 1. Perbandingan model Top Down dan Bottom Up

Prakarsa Pemerintah
Prakarsa Lembaga Swadaya
Prakarsa Masyarakat
Model
Top Down
Bottom Up
Bottom Up
Orientasi
Program Oriented :
Mengutamakan hasil yang dicapai
Process Deterministic
Mengutamakan proses dalam melakukan kegiatan
Process Deterministic
Mengutamakan proses dalam melakukan kegiatan
Masyarakat
Objek
Subjek
Subjek
Hubungan kerja
Menggantungkan hidup terhadap bantuan pemerintah
Kekeluargaan, kegotongroyongan, dan kebhinekaan
Kekeluargaan, kegotongroyongan, dan kebhinekaan
Kelanjutan program
>Sesuai dengan pesanan donor atau rencana kerja
>Masyarakat hanya dilibatkan sebagai pekerja tidak dilibatkan dalam pembuatan kebijakan
>Berkesinambungan,
>Kegiatan dilaksanakan secara terorganisir
>Dilaksanakan tahap demi tahap dimulai dari tahap permulaan sampai pada tahap kegiatan tindak lanjut dan evaluasi
>Berkesinambungan,
>Kegiatan dilaksanakan secara terorganisir
> Dilaksanakan tahap demi tahap dimulai dari tahap permulaan sampai pada tahap kegiatan
Partisipasi
*Partisipasi Kerja
*Penyuluhan
*Partisipasi Penuh
*Pendampingan secara penuh
*Partisipasi Penuh
 *Sanksi sosial
Pemecahan masalah
*Dilakukan melalui wacana yang beredar dan bersifat umum *Pemberian bantuan yang sifatnya tempor
*Pemecahan masalah dilakukan secara bersama-sama dengan masyarakat
*Pemenuhan kebutuhan dilakukan berdasarkan potensi-potensi yang dimiliki masyarakat
*Pemecahan masalah dilakukan secara bersama-sama dengan masyarakat melalui pemuka agama dan tokoh masyarakat *Pemenuhan kebutuhan dilakukan hal yang penting dalam masyarakat
Anggapan terhadap masyarakat
>Tidak menjunjung tinggi aspirasi dan potensi masyarakat untuk melakukan kegiatan swadaya.
>Pola pikir sangat lokalit, terbelakang, statis tradisional, sulit berubah, lambat mengadopsi inovasi, serta tidak berdaya untuk hidup mandiri.
>Menjunjung tinggi aspirasi dan potensi masyarakat untuk melakukan kegiatan swadaya.
> Mengakui bahwa masyarakat memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhannya,memecahkan permasalahannya, serta mampu melakukan usaha-usaha produktif dengan prinsip swadaya dan kebersamaan.
>Masyarakat harus dilayanai dengan menujunjung tinggi kepentingan umum.
 >Potensi masyarakat akan muncul dengan sendirinya bila ada kejadian atau hal-hal yang penting terjadi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar