photo IKLAN_zps0bd7cdbd.png

Kamis, 03 Oktober 2013

Menurut Keynes perekonomian selalu mencapai tingkat pengguna tenaga kerja penuh


Dalam tahun 1929-32 terjadi kemunduran ekonomi di seluruh dunia, yang bermula dari kemerosotan ekonomi di Amerika Serikat.  Periode ini dinamakan the Great Depression.  Pada puncak kemerosotan ekonomi itu, seperempat dari tenaga kerja di Amerika Serikat menganggur dan pendapatan nasionalnya mengalami kemerosotan yang sangat tajam.
Kemunduran ekonomi tersebut menimbulkan kesadaran kepada ahli-ahli ekonomi bahwa mekanisme pasar tidak dapat secara otomatis menimbulkan pertumbuhan ekonomi yang teguh dan tingkat penggunaan tenaga kerja penuh.  Dan teory-teory ekonomi sebelumnya juga tidak dapat menerangkan mengapa peristiwa kemunduran ekonomi yang serius tersebut dapat terjadi.  Ketidakmampuan tersebut mendorong seorang ahli ekonomi Inggris yang terkemuka pada masa tersebut, yaitu John Maynard Keynes, mengemukakan pandangan dan menulis buku yang pada akhirnya menjadi landasan kepada teory makroekonomi  modern.
Secara garis besarnya pandangan dalam buku Keynes tersebut dapat dibedakan kepada dua aspek.  Di satu pihak buku tersebut mengemukakan beberapa kritik ke atas pandangan ahli-ahli ekonomi klasik mengenai faktor-faktor yang menentukan tingkat kegiatan sesuatu perekonomian.  Kritik-kritik tersebut menunjukan kelemahan-kelemahan dari pandangan yang menjadi landasan kepada keyakinan ahli-ahli ekonomi klasik bahwa penggunaan tenaga kerja penuh dan pertumbuhan ekonomi yang teguh selalu dicapai.
Di pihak lain buku tersebut menerangkan pula faktor utama yang akan menentukan prestasi kegiatan ekonomi suatu negara.  Keynes berpendapat pengeluaran agregat, yaitu perbelanjaan masyarakat ke atas barang dan jasa, adalah faktor utama yang menentukan tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai suatu negara.  Seterusnya Keynes berpendapat bahwa dalam sistem pasar bebas penggunaan tenaga kerja penuh tidak selalau tercipta dan diperlukan usaha dan kebijakan pemerintah untuk menciptakan tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan pertumbuhan ekonomi yang teguh.

Menurut Keynes, bagaimanakah tingkat kegiatan ekonomi ditentukan ?
Keynesianisme atau ekonomi Keynesian atau Teori Keynesian, adalah suatu teori ekonomi yang didasarkan pada ide ekonom Inggris abad ke-20, John Maynard Keynes.Teori ini mempromosikan suatu ekonomi campuran, Dimana baik negara maupun sektor swasta memegang peranan penting. Kebangkitan ekonomi.
Teori makro ekonomi berkembang setelah J.M. Keynes menunjukkan kelemahan-kelemahan pandangan para ahli ekonomi klasik mengenai penentuan tingkat perekonomian suatu negara yang didasari oleh penggunaan tenaga kerja penuh. Pandangan Keynes yaitu penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) adalah keadaan yang jarang terjadi, dan hal itu disebabkan karena kekurangan permintaan agregat yang wujud dalam perekonomian. Analisis Keynes menunjukkan tentang pentingnya peranan dari pengeluaran kepada barang dan jasa yang diproduksi oleh sektor perusahaan di dalam menentukan kegiatan ekonomi. Ini berarti analisis Keynes lebih banyak memperhatikan permintaan yaitu menganalisis mengenai peranan dari permintaan golongan masyarakat di dalam menentukan tingkat kegiatan ekonomi yang akan dicapai oleh suatu perekonomian.

Pada hakikatnya analisis Keynes berpendapat bahwa tingkat kegiatan ekonomi negara ditentukan besarnya permintaan efektif yaitu permintaan yang disertai oleh kemampuan untuk membayar barang dan jasa yang diminta yang diwujudkan dalam perekonomian. Bertanbah besar permintaan efektif yang wujud dalam perekonomian, bertambah pula tingkat produksi yang akan dicapai oleh sektor perusahaan. Keadaan ini menyebabkan pertambahan dalam tingkat kegiatan ekonomi dan penggunaan tenaga kerja dan faktor-faktor produksi
  
 hal-hal  yang menjadi fokus analisis ahli-ahli ekonom klasik. 
ANALISIS  KESEIMBANGAN  MODEL  KESEIMBANGAN  KLASIK
  1. Karakteristik Analisis Keseimbangan Klasik
Karakteristik analisis dapat dilihat dari beberapa aspek , diantaranya asumsi – asumsi, fondasi mikronya, fokus perhatian pada sisi penawaran, dan dimensi waktu.
a. Asumsi – asumsi
Asumsi yang mendasari model IS-LM merupakan kombinasi asumsi model Klasik dan Keynes, yaitu :
1.   Pasar akan selalu dalam keseimbangan
2.   Berlakunya hukum walras.
Hukum walras mengatakan bila perekonomian terdapat n pasar, dan   sebanyak n-1 pasar telah berada dalam keseimbangan, maka pasar ke-n niscaya telah mencapai keseimbangan
3.   Fungsi uang sebagai alat transaksi dan spekulasi
4.   Perekonomian adalah perekonomian tertutup

b. Pentingnya Fondasi Analisis Keseimbangan Mikro
Analisis keseimbangan makro klasik merupakan Analisis keseimbangan makro klasik merupakan pengembangan lebih lanjut dari analisis keseimbangan mikro. Dalam padangan kaum klasik, perekonomian secara makro akan berada dalam keseimbangan jika individu-individu dalam perekonomian terlebih dahulu berada dalam keseimbangan. Artinya, setiap produsen telah mencapai laba maksimum.Itulah sebabnya dalam mempelajari analisis makro klasik, kita harus mempelajari tentang perilaku konsumen, perilaku produsen dan pasar persaingan sempurna.
Dari penjelasan ini nampak bahwa apa yang diproduksi (penawaran) akan terserap oleh permintaan, sampai pasar mencapai keseimbangan. Memang ada kemungkinan terjadi kelebihan permintaan tau penawaran, tatapi sifatnya sangat sementara, sampai pasar kembali berada dalam keseimbangan.Karenanya, yang lebih diperhatikan adalah sisi penawaran.Sebab jika penawaran terganggu konsumen dan atau produsen tidak atau belum mencapai keseimbangan.
Disamping itu, Klasik mengakui adanya perbedaan dimensi jangka waktu analisis.Analisis jangka pendek umumnya berdimensi < 5 tahun. Dalam jangka panjang semua input bersifat variabel. Sementra itu, juga, dilihat dari sisi penawaran, dalam jangka panjang perekonomian dianggap berada dalam kondisi dimanfaatkan secara penuh (full employment).Yang dimaksud dengan full employment adalah kondisi di mana faktor-faktor produksi yang ada, terutama barang modal dan tenaga kerja, tingkat pemanfaatannya 96 %.Dalam model klasik, produksi merupakan fungsi dari jumlah barang modal yang tersedia (K) dan jumlah tenaga kerja (L). Y = f(K, L) Keseimbangan pasar tenaga kerja tercapai ketika permintaan tenaga kerja sama dengan tingkat penawarannya. Ketika itu, baik produsen maupun tnaga kerja telah mencapai kondisi optimal.Produsen mencapai keuntungan maksimum, tenaga kerja mencapai utuilitas maksimum.Klasik memandang uang hanya sebagai alat tukar, maka uang tidak dapat mempengaruhi tingkat output.Uang hanya mempengaruhi permintaan agregat. Penambahan jumlah uang beredar akan mengingkatkan permintaan agregat.

 c. Pentingnya analisis sisi penawaran
Konsekuensi  dari penjelasan pada butir a dan b di atas adalah tidak ada masalah dari sisi peRmintaan. Apa yang diproduksi akan terserap oleh permintaan, sampai pasar mencapai keseimbangan. Memang  ada kemungkinan terjadi kelebihan permi ntaan dan penawaran, teetapi sifatnya sangat sementara,sampai pasar kembali berada  dalam keseimbangan. Karenanya, yang perlu lebih diperhatikan  adalah  sisi penawaran. Sebab jika penawaran terganggu, konsumen dan atau produsen tidak atau belum mencapai keseimbangan.
Pentingnya analisis sisi penawaran dari teori klasik dapat dipahami bila melihat situasi dan kondisi masyarakat pada saat teori ekonomi modern mulaim berkembang (abad 18 dan sesudahnya dibarat).Pada waktu itu masyarakat barat baru dalam tahap awal perkembangan. Tekhnologi belum begitu maju, tingkat kelahiran dan kematian penduduk sangat tinggi,sehingga jumlah penduduk  relative konstan karena tingkat pertambahannya begitu lambat. Perekonomian masih berada dalam tahap pemenuhan kebutuhan sendiri, di mana kegiatan utamanya  adalah pertanian pengumpulan hasil alam, terutam apeternakan dan perikanan. Tingkan penggunaan uang (tingkat monetisasi)juga masih sangat rendah.
Kelebihan produksi yang dimiliki oleh satu individu (keluarga) akan dipertukarkan (dengan produk lain yang dibutuhkan)dengan kelebihan produksi yang juga di alami oleh individu (keluarga)lain. Pertukaran baru terjadi jika terdapat pertemuan kebutuhan antara dua pihak. Proses pertukaran berlangsung muka berhadapan muka, sehingga proses tawar menawar terjadi tanpa perantara (auction market). Mereka jug ahidup di alam yang relative keras(empat musim) di mana kegiatan pertanian tidak bias dilakukan sepanjang tahun. Karena itu  yang menjadi masalah adalah bagaiman mengusahakan agar alam  dapat menghasilkan lebih banyak dan lebih baik. Itulah sebabnya sisi penawaran sangat perlu diperhatikan.
Di era modern sekarang ini, analisis sisi penawaran masih cukup relevan, baik di Negara-negara maju (eropa barat, amerika utara, dan jepang ) maupun di NSB, termasuk Indonesia. Sebab tanpa insentif dan stimulasi di sisi penawaran perekonomian sulit berkembang.

Contoh :Penawaran Minyak Sawit
Pasar minyak sawit dunia hingga pada tahun 2005 mencapai total produksi lebih dari 33 juta ton, lebih dari 85% diantaranya diproduksi oleh Malaysia dan Indonesia. Pertumbuhan produksi minyak sawit oleh Malaysia dan Indonesia terus tumbuh secara signifikan dalam sepuluh tahun terakhir sejalan dengan ekspansi lahan perkebunan kelapa sawit yang meningkat dengan tingkat pertumbuhan di atas 7% per tahun (BPS. 2005)

d. Analisis jangka pendek dan jangka panjang
Perbedaan dimensi jangka waktu dalam analisis dalam model keseimbangan klasik juga mencakup pengertian waktu keronologis.Analisis jangka pendek umumnya berdimensi waktu < 5 tahun. Dalam jangka panjang semua input bersifat variabel. Sementara itu, juga dilihat dari sisi penawaran , dalam jangka panjang perekonomian di anggap berada dalam kondisi di manfaatkan / dikaryakan secara penuh (full employment). Yang di maksud dengan full employment adalah kondisi di mana faktor faktor produksi  yang ada, terutama barang modal dan tenaga kerja, tingkat permanfaatannya > 96%.
  • Perbedaan jangka pendek dan jangka panjang.
JANGKA PENDEK
Didalam jangka pendek  apabila sebagian dari faktor produksi di anggap tetap jumlahnya.
Contoh: Perbandingan perusahaan roti dengan perusahaan pengangkutan udara.

JANGKA PANJANG
Bahwa dalam jangka panjang setiap faktor produksi dapat ditambah jumlahnya kalau memang hal tersebut diperlukan.
Contoh:Jumlah alat-alat produksi dapat di tambah,penggunaan mesin-mesin dapat di rombak dan dapat di pertinggi efisiensinya,jenis barang-barang baru dapat diproduksikan.
1.      Fungsi Produksi Agregat
Model perilaku ekonomi individu atau agregat merupakan suatu penyerdehanaan dari masalah ekonomi dunia nyata yang lebih kompleks dan rumit. Dalam penyusunan model ini, para ekonom memusatkan perhatian pada apa yang mereka anggap sebagai determinan penting dari berbagai fenomena yang di analisis. Misalnya , dalam menganalisis tingkat output agregat, perekonomian perlu di bagi menjadi beberapa sector  pengeluaran, yaitu : rumah tangga, perusahaan,pemerintah,dan sector internasional, maka ekonom dapat meramalkan tingkat output agregat.
Dalam model klasik , produksi merupakan fungsi dari jumlah barang modal yang tersedia (K) dan tenaga kerja (L).
Y=f(K,L)
Dimana:
Y= output atau produksi agregat (PDB)
K= Stok barang modal
L= tenaga kerja
Dalam jangka pendek, stok barang modal dianggap tetap, sehinnga fungsi produksi menjadi :
Y=f(K ,L)
Dimana:
K = Stok barang modal dengan jumlah konstan
Karena itu , tingkat produksi agregat semata-mata ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang digunakan:
Y=f(L)
∂Y /∂L>0 dan2Y/∂2Y/∂2L<0
Artinya, pada awalnya penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi agregat, tetapi Karen berlakunya hukum pertambahan hasil yang makin menurun , sampai jumlah tertentu penambahan tenaga kerja akan menurunkan output agregat. Dalam fungsi agregat jangka pendek, dengan input variable adalah tenaga kerja
2.      Kesempatan kerja dalam keseimbangan
Yang dimaksud dengan kesempatan kerja adalah jumlah kesempatan kerja yang tersedia pada pasar tenaga kerja dalam keseimbangan.Kesempatan kerja dalam keseimbangan tidak mencerminkan kesempatan kerja yang sebenarnya tersedia.Sebab , kesempatan kerja dalam keseimbagan merupakan interaksi antara kekuatan permintaan dengan penawaran tenaga kerja.
a. Permintaan tenaga kerja
Permintaan tenaga kerja dalam keseimbanga adalah jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai lba maksimum. Karena beroperasi dalam pasar persaingan sempurna , maka posisis perusahaan adalah pricetakaer, dimana haraga tyang ditetapkan pasar merupakan penerimaan  marjinal ( marginal revenue, disingkat MR) perusahaan. Untuk mencapai  kondisi laba maksimum, perusahaan harus menyamakan MR dengan MC (MR=MC).
Pada saat belajar tentang teori biaya, biaya marjinal atau marjinal cost MC adaalh tambahan biaya yang harus dikeluarkan karena menambah output sebanyak satu unit. Juga MC mempunyai hubungan terbalik dengan produksi marjinal tenaga kerja (MPL), sehingga jika upah per orang tenaga kerja adalah W, maka biaya marjinal (MC) adalah:
MC= W/MPL
Karena laba maksimum tercapai pada saat MR=P=MC, maka:
P=W/MPL
Atau
MPL= W/P
Persamaan ini menggambarkan fungsi permintaan tenaga kerja , yang secara umum dapat ditulis sebagai:
DL= f(W/P)
(W/P) disebut sebagai upah riil (real wage). Upah riil akan berubah jika upah nominal dan atau harga berubah. Jika  tingkat upah nominal dianggap tetap, dari persamaan (W/P) terlihat bahwa upah riil akan menjadi lebih rendah bila tingkat harga jual barang makin tinggi. Misalnya, awalnya upah nominal adalah Rp 10.000/hari,sedangkan harga jual perunit output adalah Rp 1000 maka upah riil tenaga kerja adalah 10. Bila harga jual perunit naik manjadi Rp 2000 maka upah riil menjadi 5. Dengan asumsi upah nominal tetap, maka kenaikan harga jual output menyebabkan upah riil menjadi lebih murah.
Tingkat upah riil juga akan turun jika harga jual barang tetap, tetapi tingkat upah nominal turun. Bila harga jual perunit output adalah Rp 1000 maka upah rii pada upah nominal Rp 10000 atau sama dengan 10 adalah lebih murah dibandingkan dengan bila upah nominal Rp 20000/hari (samadengan 20).
Bila upah riil turun , produsen akan mau menambah tenaga kerja yang akan digunakan. Sebab, misalnya jika harga jual naik, produsen mau meningkatkan produksinya, yang dapat berarti meningkatkan permintaan tenaga kerja. Dengan kata lain, permintaan terhadap tenaga kerja berhubungan terbalik dengan tingkat upah riil:
∂L/∂(W/P) < 0
Jika upah riil turun, permintaan terhadap tenaga kerja meningkat.Begitu sebaliknya. Dari Persamaan ini jumlah tenaga kerja yang memberikan keuntungan maksimum tercapai pada saat upah riil (W/P) sama dengan produksi marjinal tenaga kerja (MPL).

b.      Penawaran Tenaga kerja
Penawaran tenaga kerja adalah jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh individu (konsumen) pada berbagai tingkat upah(nominal), dalam upaya memaksimumkan utilitas hidupnya. Jadi, dalam analisis makro klasik, penawaran tenaga kerja merupakan konsep keseimbangan konsumen.
Untuk memaksimumkan kegunaan utilitasnya, konsumen harus memaksimumkan utilitas kegiatan konsumsinya.Untuk memaksimumkan kegiatan konsumsinya, konsumen harus mempunyai pengahasilan agar dapat membeli barang dan jasa.
Dalam kondisi normal,konsumen tidak ingin menambah jam kerjanya jika upah riil tidak meningkat. Sehingga hubungan positif antara upah riil dengan penawaran tenaga kerja(jam kerja) adalah :
SL=f(w/p)
Dimana :
SL= Penawaran tenaga kerja
(W/P)= Upah riil

c.        Keseimbangan pasar tenaga kerja dan tingkat input
Kerja bersaing dengan waktu luang (leisure). Jika para pekerja member nilai positif pada waktu luang, terdapat kenaikan manfaat negate dihubungkan dengan tiap tambahan jam input tenaga kerja. Kita akan mengansumsikan bahwa kenaikan manfaat yang negative dari kerja dapat dibayar dengan kenaikan balas jasa material .
JUMLAH UANG YANG BEREDAR, KESEIMBANGAN EKONOMI, DAN TINGKAT HARGA
Pengaruh Jumlah Uang Yang Beredar Terhadap Permintaan Agregat
Karena fungsi uang hanya sebagai alat tukar, maka uang tidak dapat mempengaruhi tingkat output.uang hanya mempengaruhi permintaan agregat. Penambahan jumlah uang yang beredar akan meningkatkan permintaan agregat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar