Dalam tahun 1929-32 terjadi kemunduran
ekonomi di seluruh dunia, yang bermula dari kemerosotan ekonomi di Amerika
Serikat. Periode ini dinamakan the Great Depression. Pada puncak
kemerosotan ekonomi itu, seperempat dari tenaga kerja di Amerika Serikat
menganggur dan pendapatan nasionalnya mengalami kemerosotan yang sangat tajam.
Kemunduran ekonomi tersebut
menimbulkan kesadaran kepada ahli-ahli ekonomi bahwa mekanisme pasar tidak
dapat secara otomatis menimbulkan pertumbuhan ekonomi yang teguh dan tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh. Dan teory-teory ekonomi sebelumnya juga
tidak dapat menerangkan mengapa peristiwa kemunduran ekonomi yang serius
tersebut dapat terjadi. Ketidakmampuan tersebut mendorong seorang ahli
ekonomi Inggris yang terkemuka pada masa tersebut, yaitu John Maynard Keynes,
mengemukakan pandangan dan menulis buku yang pada akhirnya menjadi landasan
kepada teory makroekonomi modern.
Secara garis besarnya pandangan dalam
buku Keynes tersebut dapat dibedakan kepada dua aspek. Di satu pihak buku
tersebut mengemukakan beberapa kritik ke atas pandangan ahli-ahli ekonomi
klasik mengenai faktor-faktor yang menentukan tingkat kegiatan sesuatu
perekonomian. Kritik-kritik tersebut menunjukan kelemahan-kelemahan dari
pandangan yang menjadi landasan kepada keyakinan ahli-ahli ekonomi klasik bahwa
penggunaan tenaga kerja penuh dan pertumbuhan ekonomi yang teguh selalu
dicapai.
Di pihak lain buku tersebut
menerangkan pula faktor utama yang akan menentukan prestasi kegiatan ekonomi
suatu negara. Keynes berpendapat pengeluaran agregat, yaitu perbelanjaan
masyarakat ke atas barang dan jasa, adalah faktor utama yang menentukan tingkat
kegiatan ekonomi yang dicapai suatu negara. Seterusnya Keynes berpendapat bahwa dalam sistem
pasar bebas penggunaan tenaga kerja penuh tidak selalau tercipta dan diperlukan
usaha dan kebijakan pemerintah untuk menciptakan tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh dan pertumbuhan ekonomi yang teguh.
Menurut Keynes, bagaimanakah tingkat kegiatan ekonomi
ditentukan ?
Keynesianisme
atau ekonomi Keynesian atau Teori Keynesian, adalah suatu teori ekonomi yang
didasarkan pada ide ekonom Inggris abad ke-20, John Maynard Keynes.Teori ini mempromosikan suatu ekonomi
campuran, Dimana baik negara maupun sektor swasta memegang peranan penting. Kebangkitan
ekonomi.
Teori
makro ekonomi berkembang setelah J.M. Keynes menunjukkan kelemahan-kelemahan
pandangan para ahli ekonomi klasik mengenai penentuan tingkat perekonomian
suatu negara yang didasari oleh penggunaan tenaga kerja penuh. Pandangan Keynes
yaitu penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) adalah keadaan yang
jarang terjadi, dan hal itu disebabkan karena kekurangan permintaan agregat
yang wujud dalam perekonomian. Analisis Keynes menunjukkan tentang pentingnya
peranan dari pengeluaran kepada barang dan jasa yang diproduksi oleh sektor
perusahaan di dalam menentukan kegiatan ekonomi. Ini berarti analisis Keynes
lebih banyak memperhatikan permintaan yaitu menganalisis mengenai peranan dari
permintaan golongan masyarakat di dalam menentukan tingkat kegiatan ekonomi
yang akan dicapai oleh suatu perekonomian.
Pada
hakikatnya analisis Keynes berpendapat bahwa tingkat kegiatan ekonomi negara ditentukan besarnya permintaan efektif
yaitu permintaan yang disertai oleh kemampuan untuk membayar barang dan
jasa yang diminta yang diwujudkan dalam perekonomian. Bertanbah besar
permintaan efektif yang wujud dalam perekonomian, bertambah pula tingkat
produksi yang akan dicapai oleh sektor perusahaan. Keadaan ini menyebabkan
pertambahan dalam tingkat kegiatan ekonomi dan penggunaan tenaga kerja dan
faktor-faktor produksi
hal-hal yang menjadi fokus analisis ahli-ahli
ekonom klasik.
ANALISIS KESEIMBANGAN MODEL KESEIMBANGAN KLASIK
- Karakteristik Analisis
Keseimbangan Klasik
Karakteristik analisis dapat dilihat dari beberapa aspek , diantaranya
asumsi – asumsi, fondasi mikronya, fokus perhatian pada sisi penawaran, dan
dimensi waktu.
a. Asumsi – asumsi
Asumsi yang mendasari model IS-LM merupakan kombinasi asumsi model
Klasik dan Keynes, yaitu :
1. Pasar akan selalu dalam keseimbangan
2. Berlakunya hukum walras.
Hukum walras mengatakan bila perekonomian terdapat n pasar,
dan sebanyak n-1 pasar telah berada dalam keseimbangan, maka pasar
ke-n niscaya telah mencapai keseimbangan
3. Fungsi uang sebagai alat transaksi dan spekulasi
4. Perekonomian adalah perekonomian tertutup
b. Pentingnya Fondasi
Analisis Keseimbangan Mikro
Analisis keseimbangan makro klasik merupakan Analisis keseimbangan makro
klasik merupakan pengembangan lebih lanjut dari analisis keseimbangan mikro.
Dalam padangan kaum klasik, perekonomian secara makro akan berada dalam keseimbangan
jika individu-individu dalam perekonomian terlebih dahulu berada dalam
keseimbangan. Artinya, setiap produsen telah mencapai laba maksimum.Itulah
sebabnya dalam mempelajari analisis makro klasik, kita harus mempelajari
tentang perilaku konsumen, perilaku produsen dan pasar persaingan sempurna.
Dari penjelasan ini nampak bahwa apa yang diproduksi (penawaran) akan
terserap oleh permintaan, sampai pasar mencapai keseimbangan. Memang ada
kemungkinan terjadi kelebihan permintaan tau penawaran, tatapi sifatnya sangat
sementara, sampai pasar kembali berada dalam keseimbangan.Karenanya, yang lebih
diperhatikan adalah sisi penawaran.Sebab jika penawaran terganggu konsumen dan
atau produsen tidak atau belum mencapai keseimbangan.
Disamping itu, Klasik mengakui adanya perbedaan dimensi jangka waktu
analisis.Analisis jangka pendek umumnya berdimensi < 5 tahun. Dalam jangka
panjang semua input bersifat variabel. Sementra itu, juga, dilihat dari sisi
penawaran, dalam jangka panjang perekonomian dianggap berada dalam kondisi
dimanfaatkan secara penuh (full employment).Yang dimaksud dengan full
employment adalah kondisi di mana faktor-faktor produksi yang ada, terutama
barang modal dan tenaga kerja, tingkat pemanfaatannya 96 %.Dalam model klasik,
produksi merupakan fungsi dari jumlah barang modal yang tersedia (K) dan jumlah
tenaga kerja (L). Y = f(K, L) Keseimbangan pasar tenaga kerja tercapai ketika
permintaan tenaga kerja sama dengan tingkat penawarannya. Ketika itu, baik
produsen maupun tnaga kerja telah mencapai kondisi optimal.Produsen mencapai
keuntungan maksimum, tenaga kerja mencapai utuilitas maksimum.Klasik memandang
uang hanya sebagai alat tukar, maka uang tidak dapat mempengaruhi tingkat
output.Uang hanya mempengaruhi permintaan agregat. Penambahan jumlah uang
beredar akan mengingkatkan permintaan agregat.
Konsekuensi dari penjelasan pada butir a dan b di atas adalah
tidak ada masalah dari sisi peRmintaan. Apa yang diproduksi akan terserap oleh
permintaan, sampai pasar mencapai keseimbangan. Memang ada kemungkinan
terjadi kelebihan permi ntaan dan penawaran, teetapi sifatnya sangat
sementara,sampai pasar kembali berada dalam keseimbangan. Karenanya, yang
perlu lebih diperhatikan adalah sisi penawaran. Sebab jika penawaran
terganggu, konsumen dan atau produsen tidak atau belum mencapai keseimbangan.
Pentingnya analisis sisi penawaran dari teori klasik dapat dipahami bila
melihat situasi dan kondisi masyarakat pada saat teori ekonomi modern mulaim
berkembang (abad 18 dan sesudahnya dibarat).Pada waktu itu masyarakat barat
baru dalam tahap awal perkembangan. Tekhnologi belum begitu maju, tingkat
kelahiran dan kematian penduduk sangat tinggi,sehingga jumlah penduduk
relative konstan karena tingkat pertambahannya begitu lambat. Perekonomian
masih berada dalam tahap pemenuhan kebutuhan sendiri, di mana kegiatan
utamanya adalah pertanian pengumpulan hasil alam, terutam apeternakan dan
perikanan. Tingkan penggunaan uang (tingkat monetisasi)juga masih sangat
rendah.
Kelebihan produksi yang dimiliki oleh satu individu (keluarga) akan
dipertukarkan (dengan produk lain yang dibutuhkan)dengan kelebihan produksi
yang juga di alami oleh individu (keluarga)lain. Pertukaran baru terjadi jika
terdapat pertemuan kebutuhan antara dua pihak. Proses pertukaran berlangsung
muka berhadapan muka, sehingga proses tawar menawar terjadi tanpa perantara
(auction market). Mereka jug ahidup di alam yang relative keras(empat musim) di
mana kegiatan pertanian tidak bias dilakukan sepanjang tahun. Karena itu
yang menjadi masalah adalah bagaiman mengusahakan agar alam dapat
menghasilkan lebih banyak dan lebih baik. Itulah sebabnya sisi penawaran sangat
perlu diperhatikan.
Di era modern sekarang ini, analisis sisi penawaran masih cukup relevan,
baik di Negara-negara maju (eropa barat, amerika utara, dan jepang ) maupun di
NSB, termasuk Indonesia. Sebab tanpa insentif dan stimulasi di sisi penawaran
perekonomian sulit berkembang.
Contoh :Penawaran Minyak Sawit
Pasar minyak sawit dunia hingga pada tahun 2005 mencapai total produksi
lebih dari 33 juta ton, lebih dari 85% diantaranya diproduksi oleh Malaysia dan
Indonesia. Pertumbuhan produksi minyak sawit oleh Malaysia dan Indonesia terus
tumbuh secara signifikan dalam sepuluh tahun terakhir sejalan dengan ekspansi
lahan perkebunan kelapa sawit yang meningkat dengan tingkat pertumbuhan di atas
7% per tahun (BPS. 2005)
d. Analisis jangka pendek
dan jangka panjang
Perbedaan dimensi jangka waktu dalam analisis dalam model keseimbangan
klasik juga mencakup pengertian waktu keronologis.Analisis jangka pendek
umumnya berdimensi waktu < 5 tahun. Dalam jangka panjang semua input
bersifat variabel. Sementara itu, juga dilihat dari sisi penawaran , dalam
jangka panjang perekonomian di anggap berada dalam kondisi di manfaatkan /
dikaryakan secara penuh (full employment). Yang di maksud dengan full
employment adalah kondisi di mana faktor faktor produksi yang ada,
terutama barang modal dan tenaga kerja, tingkat permanfaatannya > 96%.
- Perbedaan jangka pendek dan jangka panjang.
Didalam jangka pendek apabila sebagian dari faktor produksi di
anggap tetap jumlahnya.
Contoh:
Perbandingan perusahaan roti dengan perusahaan pengangkutan udara.
JANGKA PANJANG
Bahwa dalam jangka panjang setiap faktor produksi dapat ditambah
jumlahnya kalau memang hal tersebut diperlukan.
Contoh:Jumlah alat-alat produksi dapat di tambah,penggunaan mesin-mesin
dapat di rombak dan dapat di pertinggi efisiensinya,jenis barang-barang baru
dapat diproduksikan.
1. Fungsi Produksi Agregat
Model perilaku ekonomi individu atau agregat merupakan suatu
penyerdehanaan dari masalah ekonomi dunia nyata yang lebih kompleks dan rumit.
Dalam penyusunan model ini, para ekonom memusatkan perhatian pada apa yang
mereka anggap sebagai determinan penting dari berbagai fenomena yang di
analisis. Misalnya , dalam menganalisis tingkat output agregat, perekonomian
perlu di bagi menjadi beberapa sector pengeluaran, yaitu : rumah tangga,
perusahaan,pemerintah,dan sector internasional, maka ekonom dapat meramalkan
tingkat output agregat.
Dalam model klasik , produksi merupakan fungsi dari jumlah barang modal
yang tersedia (K) dan tenaga kerja (L).
Y=f(K,L)
Dimana:
Y= output atau produksi agregat (PDB)
K= Stok barang modal
L= tenaga kerja
Dalam jangka pendek, stok barang modal dianggap tetap, sehinnga fungsi
produksi menjadi :
Y=f(K ,L)
Dimana:
Karena itu , tingkat produksi agregat semata-mata ditentukan oleh jumlah
tenaga kerja yang digunakan:
Y=f(L)
∂Y /∂L>0 dan
∂2Y/∂2Y/∂2L<0
Artinya, pada awalnya penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi
agregat, tetapi Karen berlakunya hukum pertambahan hasil yang makin menurun ,
sampai jumlah tertentu penambahan tenaga kerja akan menurunkan output agregat.
Dalam fungsi agregat jangka pendek, dengan input variable adalah tenaga kerja
2. Kesempatan kerja dalam keseimbangan
Yang dimaksud dengan kesempatan kerja adalah jumlah kesempatan kerja
yang tersedia pada pasar tenaga kerja dalam keseimbangan.Kesempatan kerja dalam
keseimbangan tidak mencerminkan kesempatan kerja yang sebenarnya tersedia.Sebab
, kesempatan kerja dalam keseimbagan merupakan interaksi antara kekuatan
permintaan dengan penawaran tenaga kerja.
a. Permintaan tenaga kerja
Permintaan tenaga kerja dalam keseimbanga adalah jumlah tenaga kerja
yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai lba maksimum. Karena beroperasi dalam
pasar persaingan sempurna , maka posisis perusahaan adalah pricetakaer, dimana
haraga tyang ditetapkan pasar merupakan penerimaan marjinal ( marginal
revenue, disingkat MR) perusahaan. Untuk mencapai kondisi laba maksimum,
perusahaan harus menyamakan MR dengan MC (MR=MC).
Pada saat belajar tentang teori biaya, biaya marjinal atau marjinal cost
MC adaalh tambahan biaya yang harus dikeluarkan karena menambah output sebanyak
satu unit. Juga MC mempunyai hubungan terbalik dengan produksi marjinal tenaga
kerja (MPL), sehingga jika upah per orang tenaga kerja adalah W,
maka biaya marjinal (MC) adalah:
MC= W/MPL
Karena laba maksimum tercapai pada saat MR=P=MC, maka:
P=W/MPL
Atau
MPL= W/P
Persamaan ini menggambarkan fungsi permintaan tenaga kerja , yang secara
umum dapat ditulis sebagai:
DL= f(W/P)
(W/P) disebut sebagai upah riil (real wage). Upah riil akan berubah jika
upah nominal dan atau harga berubah. Jika tingkat upah nominal dianggap
tetap, dari persamaan (W/P) terlihat bahwa upah riil akan menjadi lebih rendah
bila tingkat harga jual barang makin tinggi. Misalnya, awalnya upah nominal
adalah Rp 10.000/hari,sedangkan harga jual perunit output adalah Rp 1000 maka
upah riil tenaga kerja adalah 10. Bila harga jual perunit naik manjadi Rp 2000
maka upah riil menjadi 5. Dengan asumsi upah nominal tetap, maka kenaikan harga
jual output menyebabkan upah riil menjadi lebih murah.
Tingkat upah riil juga akan turun jika harga jual barang tetap, tetapi
tingkat upah nominal turun. Bila harga jual perunit output adalah Rp 1000 maka
upah rii pada upah nominal Rp 10000 atau sama dengan 10 adalah lebih murah
dibandingkan dengan bila upah nominal Rp 20000/hari (samadengan 20).
Bila upah riil turun , produsen akan mau menambah tenaga kerja yang akan
digunakan. Sebab, misalnya jika harga jual naik, produsen mau meningkatkan
produksinya, yang dapat berarti meningkatkan permintaan tenaga kerja. Dengan
kata lain, permintaan terhadap tenaga kerja berhubungan terbalik dengan tingkat
upah riil:
∂L/∂(W/P) < 0
Jika upah riil turun, permintaan terhadap tenaga kerja meningkat.Begitu
sebaliknya. Dari Persamaan ini jumlah tenaga kerja yang memberikan keuntungan
maksimum tercapai pada saat upah riil (W/P) sama dengan produksi marjinal
tenaga kerja (MPL).
b.
Penawaran Tenaga kerja
Penawaran tenaga kerja adalah jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh
individu (konsumen) pada berbagai tingkat upah(nominal), dalam upaya
memaksimumkan utilitas hidupnya. Jadi, dalam analisis makro klasik, penawaran
tenaga kerja merupakan konsep keseimbangan konsumen.
Untuk memaksimumkan kegunaan utilitasnya, konsumen harus memaksimumkan
utilitas kegiatan konsumsinya.Untuk memaksimumkan kegiatan konsumsinya,
konsumen harus mempunyai pengahasilan agar dapat membeli barang dan jasa.
Dalam kondisi normal,konsumen tidak ingin menambah jam kerjanya jika
upah riil tidak meningkat. Sehingga hubungan positif antara upah riil dengan
penawaran tenaga kerja(jam kerja) adalah :
SL=f(w/p)
Dimana :
SL= Penawaran tenaga kerja
(W/P)= Upah riil
c.
Keseimbangan pasar tenaga kerja
dan tingkat input
Kerja bersaing dengan waktu luang (leisure). Jika para pekerja member
nilai positif pada waktu luang, terdapat kenaikan manfaat negate dihubungkan
dengan tiap tambahan jam input tenaga kerja. Kita akan mengansumsikan bahwa
kenaikan manfaat yang negative dari kerja dapat dibayar dengan kenaikan balas
jasa material .
JUMLAH UANG YANG BEREDAR, KESEIMBANGAN EKONOMI, DAN TINGKAT HARGA
Pengaruh Jumlah Uang Yang Beredar Terhadap Permintaan Agregat
Karena fungsi uang hanya sebagai alat tukar, maka uang tidak dapat
mempengaruhi tingkat output.uang hanya mempengaruhi permintaan agregat.
Penambahan jumlah uang yang beredar akan meningkatkan permintaan agregat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar