photo IKLAN_zps0bd7cdbd.png

Rabu, 05 Februari 2014

Teknik Bertanya & Seni Mendengarkan

Pertama,dari bidang ilmu manajemen dan organisasi.  Saya sendiri memperoleh pengalaman awal dari kegiatan berorganisasi. Memimpin rapat, memimpin pertemuan, melakukan diskusi tim, semua adalah kegiatan yang menggunakan banyak pertanyaan untuk dibahas. Saya perhatikan ternyata memang kalangan konsultan, pelatih dan fasilitator manajemen organisasi ini yang banyak menulis buku tentang teknik bertanya. Salah satunya teknik wawancara kerja yang artinya melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang tepat untuk mendapatkan calon pegawai yang bagus. Selain itu seorang manajer juga perlu kemampuan bertanya untuk mengembangkan tim kerja yang performanya berkembang.
Kedua, dari bidang ilmu komunikasi. Saya memperoleh pengalaman lainnyanya dari kegiatan jurnalistik. Ternyata memang benar, teknik bertanya juga suatu materi yang dikembangkan oleh kalangan jurnalistik, terutama teknik wawancara. Selain itu ilmu komunikasi juga secara keseluruhan mengembangkannya. Teknik komunikasi (terapan) juga mencakup teknik bertanya. Komunikasi publik (public speaking) yang pernah didominasi oleh orasi, sekarang menjadi lebih dialogis dengan berkembangnya dialog publik, debat publik, dan talk show para pejabat publik dan politisi. Komunikasi pembangunan yang filosofinya komunikasi multi arah apalagi, juga mengembangkan teknik-teknik diskusi yang memerlukan fasilitasi. Ilmu kehumasan (PR) juga mengembangkan materi tentang komunikasi baik interpersonal maupun dengan media massa.
Ketiga, dari bidang ilmu metodologi penelitian. Saya mempelajari metodologi penelitian sejak di kampus maupun setelah di LSM. Kalau di kampus saya belajar teknik wawancara dalam kerangka survey penelitian sosial, di LSM saya belajar penelitian aksi dalam kerangka pendampingan masyarakat. Semua metodologi ini memuat bab tentang mengembangkan pertanyaan. Salah satu buku yang populer di saat saya masih kuliah adalah “Filsafat Ilmu” yang ditulis Yuyun Suriasumantri yang mengatakan bahwa pengembangan keilmuan itu berasal dari sifat manusia untuk bertanya atau mempertanyakan sesuatu. Jadi, ilmu pengetahuan ini akan berkembang dengan kemampuan kita bertanya secara cerdas.  Istilah di kalangan LSM adalah pertanyaan diskusi atau pertanyaan kunci untuk mengembangkan diskusi atau pertanyaan reflektif. Sedangkan pengetahuan yang dihimpun melalui kerangka penelitian aksi adalah pengetahuan atau kebijakan lokal.
Keempat, dari referensi-referensi di dunia pelatihan dan kefasilitatoran. Saya lebih banyak merefer ke dunia pelatihan LSM. Ilmu yang paling banyak jadi referensi di lembaga saya adalah ilmu pendidikan non formal (PNF) dan metode pendidikan orang dewasa (POD). Jadi sumber-sumber belajar inilah yang mendominasi referensi saya.
Kalangan LSM menyebut programnya sebagai pembelajaran, itu sebabnya dikembangkan teknik-teknik fasilitasi. Format kegiatannya bisa berupa pendampingan masyarakat, kegiatan teknis di lapangan (misal kebun percontohan), pelatihan klasikal, pelatihan lapangan, kunjungan silang, magang, pengembangan kelompok dan jaringan petani, dan sebagainya. Teknik-teknik fasilitasi jelas memuat kemampuan mengembangkan diskusi. Bertanya dan mendengarkan adalah keterampilan penting seorang fasilitator masyarakat. Itulah yang kemudian menyebabkan materi ini juga masuk dalam kurikulum pelatihan teknik fasilitasi untuk para petugas lapangan atau fasilitator masyarakat.
Pelatihan yang paling maju pengembangan metodologinya adalahyang dilakukan  kalangan konsultan, pelatih dan fasilitator dari dunia bisnis. Karena mereka lebih profesional dan fokus dalam pengembangan layanan pelatihan. Pelatihan manajemen yang populer yaitu outbound training yang mengembangkan pelatihan kepemimpinan, kerjasama tim, motivasi dan kreativitas melalui proses pengalaman, refleksi dan pemaknaan (mengkonsepkan) dengan kegiatan di luar ruangan (outdoor). Sekarang ini, juga populer format lokakarya tentang materi motivasi yang dikemas secara entertaining seperti penampilan Mario Teguh. Banyak sekali para motivator demikian belakangan ini yang mempublish dirinya sendiri dengan bagus baik melalui buku maupun web.
Kelima, mendengarkan juga menjadi  salah satu topik yang dikembangkan oleh bidang ilmu psikologi. Bacaan populer tentang pengembangan diri dan motivasi, salah satunya adalah kemampuan untuk melakukan hubungan dan kerjasama tim yang baik. Komunikasi interpersonal yang sehat.  Memang pelatihan manajemen dan psikologi sangat erat hubungannya. Dalam dunia kerjapun, banyak kalangan psikologi yang menjadi orang HRD.
Keenam, seharusnya menjadi yang pertama, saya belajar dari pelajaran Bahasa Indonesia tentu saja. Ada pelajaran membaca, menulis, dan berbicara di depan kelas. Saya masih ingat bahwa saya sangat demam panggung kalau kebagian bicara di depan kelas untuk membacakan sajak atau hasil karangan.  Sayangnya kurang ada tradisi diskusi di sekolah (SD, SMP, dan SMA).  Seharusnya ada juga pelajaran bertanya dan mendengarkan melalui praktek-praktek diskusi ini. 
Ketujuh, sumber yang kurang saya jadikan rujukan adalah agama (Islam maupun Kristen) yang sebenarnya mengembangkan teknik-teknik bertanya untuk pengkajian agama dan dialog. Terutama bila ada topik-topik yang masih sedang dicari penafsirannya. Waah, cari saja web yang mengembangkan isu ini, dengan mengetik kata kunci “bertanya menurut Islam” atau “…bertanya Islam menjawab” di google, akan ketemu.

Ketika berbicara, biasanya kita mendengarkan dalam salah satu dari lima tingkat :
1. Kita mungkin mengabaikan orang itu dan benar-benar tidak mendengarkannya.
2. mungkin berpura-pura tidak mendengarkannya
3. Mendengarkan tapi lebih selektif pada bagian-bagian tertentu dari pembicaraan.
4. Mendengarkan secara atentif dan menaruh perhatian dan memfokuskan enegi pada kata-kata yang diucapkannya.
5. mendengarkan secara empatik, mendengarkan untuk mengerti tapi untuk menjawab persoalan yang ada. Dalam arti mendengar bukan hanya dengan telinga saja tetapi dengan mata dan hati.
Dengan melihat tingkatan mendengar diatas maka mendengarkan membutuhkan keterampilan khusus, sebagaimana berbicara. Karena mendengarkan adalah cerminan pribadi seseorang,
sebagaimana diungkapkan oleh David J. Schwartz (1996:154) mengungkapkan bahwa :
“… semakin besar orang yang bersangkutan, semakin cenderung ia mendorong anda untuk berbicara, semakin kecil orang yang bersangkutan semakin cenderung ia mengkhotbahi anda”.
Kebanyakan pemimpin yang baik didalam semua bidang kehidupan menghabiskan jauh lebih banyak waktu meminta nasehat dan meminta pendapat bawahannya daripada banyak berbicara.
Diantara keterampilan mendengar diungkapkan BS.Wibowo,dkk (2002:92) dari kupasan Geoff Nightingale dalam Synergenic antara lain :
  • Dengarkan gagasannya bukan fakta dan tanyalah diri sendiri apa yang pembicara maksudkan.
  • Nilailah isinya, bukan cara penyampaiannya.
  • Dengarkan dengan penuh harapam, jangan langsung kehilangan minat
  • Jangan cepat menarik kesimpulan
  • Sesuaikan pencatatan anda dengan pembicaraan
  • Pusatkan perhatian, jangan mulai bermimpi dan jagalah mata anda agar tetap tertuju pada pembicaraan.
  • Jangan mendahului pikiran pembicara, anda akan kehilangan jejak.
  • Dengarlah dengan sungguh-sungguh waspada dan bergairah.
  • Kendalikan emosi waktu mendengar
  • Bacalah fikiran anda, berlatihlah untuk menerima informasi baru.
  • Bernafaslah perlahan dan dalam-dalam
  • Jangan tegang santai sajalah.
Sedangkan menurut James K. Van Fleet (1996:179) dalam bukunya : “Key to Success with people” mengungkapkan seni mendengar yang efektif sebagai berikut :
  • Berikan sepenuh hati pada orang lain
  • Mendengarkan dengan serius
  • Tunjukan minat pada perkataan orang
  • Usahakan bebas gangguan
  • Tunjukan kesabaran
  • Bukalah pikiran anda
  • Dengarkan setiap gagasan
  • Hargai isinya, bukan cara penyampaiannya.
  • Turunkan senapan anda
  • Belajarlah mendengarkan apa yang tersirat.
Sedangkan David J Swartz dalam bukunya “The Magic of Thinking Big” (1996: 154) mengungkapkan seni mendengar kedalam tiga tahapan dan untuk menguatkannya dengan cara bertanya dan mendengarkan :
  • Dorong orang lain berbicara
  • Uji pandangan anda dalam bentuk pertanyaan
  • Berkonsentrasilah pada apa yang dikatakan orang lain.
Demikianlah beberapa teknik dalam mendengar yang dalam praktiknya membutuhkan adanya jiwa besar. Mendengar dan bertanya bukan menunjukan kebodohan seseorang tetapi menunjukan kualitas hidupnya, apalagi bagi seorang pemimpin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar